117 Hektar Sawah di Bangka Selatan Terendam Banjir, Petani Gagal Panen Sejak 2014

Petani Desa Fajar Indah Desak Perbaikan Irigasi, Banjir Sawah Ancam Swasembada Pangan

banner 468x60
Advertisements

KBOBABEL.COM (BANGKA SELATAN) — Ratusan hektar sawah di Desa Fajar Indah, Kecamatan Pulau Besar, Kabupaten Bangka Selatan (Basel) kembali terendam banjir. Musibah ini menyebabkan para petani terancam gagal panen. Jum’at (26/9/2025)

Berdasarkan data yang dihimpun, dari total 235,5 hektare luas tanam padi di desa tersebut, sebanyak 117 hektare kini terendam air dengan ketinggian mencapai 50 hingga 60 sentimeter. Kondisi ini sudah berlangsung selama sepekan terakhir dan berpotensi mengulang kembali kegagalan panen yang dialami petani sejak beberapa tahun terakhir.

banner 336x280

Pengurus Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Masyarakat Tani Desa Fajar Indah, Ratam, mengatakan banjir tersebut bukan hanya persoalan tahunan, melainkan sudah menjadi masalah menahun yang tak kunjung tuntas. Ia menegaskan, terakhir kali para petani di desa itu berhasil panen padi pada tahun 2014, sementara setelahnya selalu mengalami kegagalan akibat banjir yang merendam sawah mereka.

“Dari 235,5 hektare luas tanam padi, yang terendam banjir 117 hektar. Ini sudah pasti gagal panen. Bukan hanya tahun ini, hampir beberapa tahun selalu mengalami kegagalan. Terakhir panen itu 2014 dan sampai sekarang mengalami kegagalan,” jelas Ratam, Kamis (25/9/2025).

Drainase Dangkal Jadi Penyebab

Ratam mengungkapkan, salah satu penyebab utama terendamnya sawah setiap musim tanam adalah saluran drainase atau irigasi yang terlalu dangkal. Kondisi area persawahan yang cekung membuat air mudah menggenang, sementara saluran pembuangan di hilir tidak mampu menampung volume air ketika hujan turun.

“Untuk penyebabnya salah satunya yakni kurang besarnya drainase atau pembuangan air. Karena area persawahan ini sedikit cekung, sedangkan pembuangan di hilir sampai sekarang posisinya dangkal,” tegasnya.

Ia menambahkan, permasalahan itu selalu muncul setiap kali petani mulai menanam padi. Bahkan sebelum tanaman padi tumbuh subur, sawah sudah lebih dulu terendam banjir.

“Kebanjiran setiap kami habis menanam padi, belum sampai tumbuh sudah datang air. Untuk tahun ini, padi baru berumur satu sampai dua bulan. Jadi sangat minim untuk berhasil panen, karena sudah terlihat jelas semuanya terendam air,” sambungnya.

Keluhan yang Berulang

Ratam bersama para petani setempat mengaku sudah berkali-kali menyampaikan keluhan mereka kepada pemerintah, baik di tingkat kabupaten maupun provinsi. Namun, meski sempat ada upaya pengerukan dan normalisasi saluran air, hasilnya dinilai belum maksimal.

“Tahun ini ada progres perbaikan irigasi tapi kurang maksimal. Sebenarnya sudah ada tindak lanjut dari pembangunan pemerintah itu, tapi hasilnya kurang maksimal. Kurang seimbang, artinya pembuangan itu yang permintaan kami harus didalamkan dan dilebarkan, tapi itu tidak dilakukan,” ujarnya.

Kondisi tersebut membuat para petani di Desa Fajar Indah semakin pesimis dengan keberhasilan program swasembada pangan yang dicanangkan pemerintah. Sawah di desa ini sejatinya masuk dalam kawasan program peningkatan swasembada pangan, namun dengan kondisi yang terus tergenang banjir, cita-cita itu sulit terwujud.

Desakan Perbaikan Irigasi

Ratam menegaskan, satu-satunya jalan keluar yang bisa menyelamatkan petani dari kegagalan panen adalah keseriusan pemerintah dalam memperbaiki sistem irigasi di kawasan persawahan tersebut. Menurutnya, tanpa langkah nyata, kerugian petani akan terus berulang setiap tahun.

“Kami menanyakan solusinya seperti apa, agar kami sebagai petani berhasil bercocok tanam padi. Kendala yang selama ini kami hadapi banjir, adanya banjir pemerintah harus memikirkan apa solusinya agar kami bisa berhasil. Tentunya harus perbaikan irigasinya yang jelas,” pungkasnya.

Kerugian Ekonomi

Selain hilangnya potensi panen, banjir yang merendam ratusan hektar sawah ini juga menimbulkan kerugian ekonomi yang tidak sedikit. Para petani yang sudah mengeluarkan biaya untuk pengolahan lahan, pembelian bibit, pupuk, dan tenaga kerja, kini terancam tidak mendapatkan hasil sama sekali.

Jika dikalkulasikan, kerugian bisa mencapai miliaran rupiah setiap musim tanam, mengingat padi yang ditanam bukan hanya untuk kebutuhan konsumsi keluarga, melainkan juga sebagai sumber penghasilan utama.

Kondisi ini menambah daftar panjang permasalahan pertanian di Bangka Selatan, khususnya di sektor padi. Padahal, daerah ini diharapkan bisa menjadi salah satu lumbung pangan di Kepulauan Bangka Belitung.

Harapan Petani

Di tengah situasi sulit ini, para petani masih berharap ada solusi konkret yang diberikan pemerintah, baik melalui perbaikan irigasi maupun bantuan lain yang bisa meminimalisasi kerugian. Mereka berharap ada program pendampingan khusus bagi petani terdampak, agar semangat untuk tetap menanam padi tidak luntur.

“Kami hanya ingin bisa panen lagi seperti dulu. Kami mohon pemerintah benar-benar memperhatikan permasalahan kami. Jangan sampai program swasembada pangan hanya sebatas slogan, sementara petani dibiarkan terus gagal panen,” kata Ratam menutup pernyataannya.

Dengan kondisi yang terus berulang, nasib petani di Desa Fajar Indah kini berada di ujung tanduk. Tanpa perbaikan nyata pada infrastruktur irigasi, ancaman gagal panen akan terus menghantui setiap musim tanam, dan cita-cita swasembada pangan di Bangka Selatan akan semakin jauh dari harapan. (Sumber : detik.com, Editor : KBO Babel)

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *