KBOBABEL.COM (MENTOK) — Warga Dusun Tembelok, Kecamatan Mentok, Kabupaten Bangka Barat, mendesak agar aktivitas tambang inkonvensional (TI) apung yang beroperasi pada malam hari segera ditertibkan. Pasalnya, aktivitas tersebut dinilai melanggar kesepakatan dan tidak memberikan kontribusi kompensasi kepada warga dan nelayan sekitar sebagaimana yang telah disepakati sebelumnya. Rabu (12/11/2025)
Desakan tersebut disampaikan warga dalam rapat bersama yang digelar di salah satu rumah warga di Tembelok pada Selasa (11/11/2025). Rapat ini dihadiri sejumlah warga dan perwakilan nelayan setempat yang merasa dirugikan akibat maraknya aktivitas TI apung pada malam hari.
Dalam pertemuan tersebut, salah seorang warga mengungkap adanya dugaan praktik pungutan liar oleh oknum tertentu yang disebut-sebut mengatur jalannya tambang malam. Oknum tersebut dikabarkan meminta setoran sebesar Rp300 ribu per ponton kepada penambang agar aktivitas mereka “aman” dari penertiban.
“Seperti waktu kita turun langsung, justru kita menemukan ada yang mengkoordinir satu ponton kerja malam diminta setor Rp300 ribu ke dia, janjinya aman. Ciri orangnya tinggi kurus, cara ini kan dak bener,” ungkap salah satu warga dengan nada kesal dalam rapat tersebut.
Warga juga mengeluhkan tidak adanya transparansi terkait pembagian kompensasi dari aktivitas tambang laut. Mereka menilai, hasil tambang yang cukup besar tidak diimbangi dengan pemberian sumbangan kepada masyarakat sebagaimana yang dijanjikan pihak panitia tambang.
Ketua Nelayan Tembelok, Ali, yang turut hadir dalam rapat tersebut, mengatakan pihaknya telah mendengar berbagai aspirasi dan keluhan warga. Menurutnya, sejak aktivitas TI apung dimulai sekitar seminggu lalu, warga belum menerima kompensasi sesuai kesepakatan.
“Padahal ada sekitar 40 sampai 50 unit TI yang bekerja di laut. Sekarang malah mereka kerja malam juga, alasannya karena air surut dan arus tidak begitu kuat. Tapi justru malam hari itu mereka bisa dapat hasil lebih banyak, satu unit bisa dapat satu kampil timah,” ujar Ali.
Ia menegaskan, panitia tambang laut Tembelok seharusnya lebih ketat dalam melakukan pengawasan terhadap aktivitas para penambang. Selain karena alasan keselamatan dan ketertiban, Ali menilai aktivitas tambang malam rawan menimbulkan konflik dan menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap pengelolaan tambang yang ada.
“Warga minta panitia tegas. Kalau memang ada yang melanggar, jangan dibiarkan. Harus sesuai aturan dan transparan soal kompensasi, biar tidak ada kecurigaan,” tambahnya.
Hingga berita ini diturunkan, rapat warga dan pihak panitia tambang laut Tembelok masih berlangsung. Sejumlah warga berharap agar hasil pertemuan menghasilkan keputusan tegas untuk menghentikan aktivitas tambang malam dan menindak oknum yang diduga melakukan pungutan liar terhadap para penambang.
Sementara itu, panitia tambang laut Tembelok belum memberikan keterangan resmi terkait laporan warga dan dugaan adanya setoran ilegal tersebut. Warga berjanji akan melaporkan permasalahan ini ke pihak berwenang jika tidak ada langkah tegas dalam waktu dekat. (Sumber : Babelterkini, Editor : KBO Babel)













