Tanwin Klarifikasi Kisruh dengan Anggota DPRD Babel: “Hanya Minta Tanda Tangan, Tak Ada Pemukulan”

Tanwin Bantah Tuduhan Pemukulan Agam, Klarifikasi Kronologi di Kantor DPRD Babel

banner 468x60
Advertisements

KBOBABEL.COM (Bangka Belitung) – Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Bangka Belitung (Babel), Tanwin, memberikan klarifikasi terkait insiden yang melibatkan dirinya dengan Agam Dliya Ul-haq, Sekretaris DPW PKB Babel sekaligus anggota DPRD Babel. Kejadian tersebut berlangsung di ruang fraksi DPRD Babel pada Rabu (14/5/2025) dan sempat menjadi sorotan publik setelah beredar kabar bahwa terjadi pemukulan terhadap Agam. Jumat (16/5/2025)

Tanwin didampingi Wakil Sekretaris DPW PKB Babel Deang Hilalludin dan penasihat hukumnya, Hangga Oktafandany menjelaskan kronologi insiden yang menurut mereka telah disalahartikan.

banner 336x280

Kronologi Versi Tanwin

Tanwin menjelaskan bahwa kedatangannya ke kantor DPRD Babel bertujuan untuk meminta tanda tangan Agam terkait percepatan Musyawarah Wilayah Luar Biasa (Muswillub) PKB Babel. Tanwin merasa langkah tersebut perlu dilakukan demi menyelesaikan permasalahan internal partai.

“Saya datang ke kantor DPRD Babel untuk minta tanda tangan Agam. Saat itu saya bertemu dengan Bang Motong (Mucthar Motong), sesama anggota DPRD Babel dari PKB. Saya bilang ke dia, ‘Bang, saya mau minta fasilitasi bertemu Agam karena susah betul ketemu beliau,’” ujar Tanwin.

Menurut Tanwin, Mucthar Motong bersedia membantu mempertemukannya dengan Agam. Tanwin menambahkan bahwa percepatan Muswillub juga berkaitan dengan niatnya untuk mundur secara terhormat dari jabatannya sebagai Ketua DPW PKB Babel.

“Saya ingin berhenti di PKB secara terhormat. Untuk itu, perlu diadakan Muswillub. Saya sudah tua, dan sebagai ketua partai paling senior, saya merasa ini saatnya regenerasi. Saya ingin menyerahkan kepemimpinan kepada kader lain yang siap bertarung dalam Muswillub,” ungkapnya.

Pertemuan di Ruang Fraksi

Tanwin akhirnya bertemu dengan Agam di kantor DPRD Babel dan mengajaknya masuk ke ruang fraksi untuk membahas permintaan tanda tangan. Tanwin mengungkapkan bahwa di ruangan tersebut ia menjelaskan alasan pentingnya Muswillub dan memohon agar Agam menandatangani dokumen terkait.

“Pembahasan di dalam itu persoalan-persoalan internal saja. Contohnya masalah Muswillub, salah satunya rekom Andi Kusuma yang dikeluarkan oleh DPP untuk mencalonkan sebagai bupati Bangka dan saya pikir itu yang urgent (penting–red), untuk hal-hal lain itu personal ya. Ok selesai ya, saya hanya minta tanda tangan surat permohonan Muswillub, karena di DPP yang harus tanda tangan itu ketua dan sekretaris. Dia malah tidak mau, kata dia karena tidak ada arahan dari DPP,” ujar Tanwin.

Penolakan dari Agam tersebut memicu perdebatan di antara keduanya. Namun, Tanwin menegaskan bahwa tidak ada tindakan kekerasan, seperti yang sempat diberitakan.

“Dia merasa terjebak dan teriak-teriak minta tolong, katanya mau dipukul. Padahal, tidak ada aksi pemukulan sama sekali. Saya hanya menghalangi dia di depan pintu karena ingin menyelesaikan pembicaraan. Itu saja,” tegas Tanwin.

Kesaksian Deang Hilalludin

Wakil Sekretaris DPW PKB Babel, Deang Hilalludin, yang turut hadir di lokasi, mendukung pernyataan Tanwin. Deang menegaskan bahwa peristiwa tersebut tidak melibatkan kekerasan fisik.

“Agam teriak-teriak bilang mau dipukul. Padahal, tidak ada pemukulan yang dilakukan Tanwin. Setelah itu, dia berusaha keluar dari ruangan dan kami membiarkan dia pergi. Ketika dia keluar, pihak keamanan Satpol PP masuk ke ruangan,” jelas Deang.

Deang juga menyatakan keberatannya terhadap pemberitaan yang menyebut bahwa kantor DPRD Babel digeruduk oleh orang tak dikenal.

“Saya tersinggung dengan pemberitaan tersebut. Yang datang adalah kader partai, bukan orang tidak dikenal. Saya sendiri adalah Wakil Sekretaris DPW PKB Babel. Kami datang sebagai tamu, bukan untuk menggeruduk,” tegasnya.

Peringatan Penasihat Hukum

Penasihat hukum Tanwin, Hangga Oktafandany, menyoroti pentingnya untuk tidak mempolitisasi insiden ini, terutama mengingat situasi politik Babel yang sedang memanas menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) ulang di Pangkalpinang dan Bangka.

“Saya berharap kejadian ini tidak dipolitisasi. Ini adalah masalah internal partai yang seharusnya dapat diselesaikan dengan baik. Jangan sampai digunakan untuk kepentingan politik tertentu,” ujar Hangga.

Hangga juga menekankan bahwa insiden tersebut seharusnya menjadi momentum bagi semua pihak di internal PKB untuk memperkuat persatuan, bukan memecah belah.

Insiden ini menjadi pengingat pentingnya komunikasi yang baik di antara kader partai, terutama dalam menghadapi situasi internal yang rumit. Dengan adanya klarifikasi dari pihak Tanwin, diharapkan publik dan internal partai dapat memahami konteks yang sebenarnya tanpa memperkeruh suasana politik di Babel. (Sumber: Bangka Pos, Editor: KBO Babel)

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *