KBOBABEL.COM (Bangka Belitung) – Mantan Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) yang juga putra kelahiran Bangka Belitung, Prof. Dr. Sofian Effendi, kini turut terseret dalam kontroversi perihal ijazah mantan Presiden RI Joko Widodo. Isu yang mencuat ini bermula dari pernyataan Sofian tentang status kelulusan Jokowi, yang kemudian ia cabut setelah mendapat tekanan dari berbagai pihak. Senin (21/7/2025)
Baru-baru ini, Prof. Sofian mengaku telah mencabut pernyataannya terkait Jokowi usai pertemuan dengan seorang aktivis, Rismon Sianipar. Dalam wawancara dengan sebuah televisi swasta, ia mengungkapkan bahwa dirinya dihubungi kelompok pendukung Jokowi, yakni Jokowi Lovers, yang menyatakan akan melaporkannya ke Bareskrim Polri atas pernyataannya.
“Seolah-olah saya dituduh bahwa rektor tidak mempertahankan kebenaran,” terangnya.
Sofian menjelaskan bahwa pernyataannya mengenai Jokowi yang disebut tidak lulus kuliah karena nilainya tidak memenuhi standar akademis telah memicu keguncangan di UGM. Bahkan, kelompok pendukung Jokowi menegaskan akan mengambil langkah hukum terhadapnya.
“Akan mengadukan saya ke Bareskrim,” paparnya.
Sofian juga mengaku terkejut karena pertemuannya dengan Rismon Sianipar ternyata direkam dan dipublikasikan. Menurutnya, awalnya ia tidak menyangka percakapan tersebut akan dijadikan materi publikasi yang memicu kontroversi luas.
Di sisi lain, Rismon Sianipar, yang mendatangi kediaman Sofian di Yogyakarta, mengaku bahwa kunjungan tersebut dilakukan atas tawaran dari pihak alumni UGM yang tergabung dalam Relagama. Dalam podcast di YouTube, Rismon menjelaskan bahwa pihak Relagama melalui seseorang bernama Ilham menjanjikan Sofian akan “buka-bukaan” terkait persoalan Jokowi dengan UGM, serta bersedia direkam dan ditayangkan secara live.
“Saat bertemu, Prof. Sofian menyambut kita dengan hangat dan sempat cerita dulu sebelum melakukan rekaman,” terangnya.
Rismon menegaskan bahwa Sofian mengetahui jika pertemuan mereka akan direkam dan ditayangkan secara live. Menurutnya, perbincangan awal berjalan natural selama 30 menit sebelum ia mulai menanyakan isu tentang ijazah Jokowi.
“Kemudian saya tanyakan apa yang diketahui oleh Bapak Sofian seputar ijazah Jokowi, dan ini saya tanyakan karena dia merupakan inner circle UGM,” jelas Rismon.
Dalam kesempatan itu, Sofian sempat menguraikan bahwa ia pernah berdiskusi dengan para mantan rektor UGM lainnya serta pihak-pihak di lingkungan kampus mengenai status kelulusan Jokowi. Namun, Rismon mengaku tidak pernah mengarahkan Sofian untuk menyatakan bahwa Jokowi tidak memiliki ijazah karena nilai akademis yang kurang.
“Apa yang saya arahin, karena saya juga tidak tahu kondisinya, jadi saya biarkan saja dia yang bercerita,” ungkap Rismon.
Ia juga menyampaikan keheranannya terhadap perubahan sikap Sofian yang begitu cepat.
“Saya punya kakek kurang lebih seusia Profesor Effendi dan secara psikologis mudah sekali diberi pressure, jadi bisa saja beliau juga mengalaminya,” katanya.
Bantahan dari Pihak UGM
Polemik yang melibatkan Sofian Effendi akhirnya mendapat tanggapan resmi dari pihak UGM. Melalui pernyataan di situs resminya, UGM menyatakan bahwa mereka tidak terlibat dalam konflik antara Tim Pembela Ulama dan Aktivis (TPUA) dengan Joko Widodo. Mereka juga menyayangkan adanya pihak-pihak yang diduga sengaja menggiring Sofian untuk menyampaikan opini yang tidak berdasar.
“Akibat pernyataan tersebut akan berdampak hukum dan menjadi risiko bagi Bapak Sofian Effendi secara pribadi,” demikian keterangan resmi UGM.
UGM memastikan bahwa Joko Widodo telah menjalani seluruh proses pendidikan di Fakultas Kehutanan UGM sejak tahun 1980 dengan nomor mahasiswa 80/34416/KT/1681, dan dinyatakan lulus pada 5 November 1985. Pihak kampus juga menegaskan bahwa pernyataan Sofian berbeda dengan data serta bukti akademik yang mereka miliki.
“ Ada sesuatu dengan ijazah Jokowi”
Langkah Sofian mencabut pernyataannya memicu berbagai spekulasi. Pengamat politik sekaligus praktisi hukum, Refly Harun, dalam kanal YouTubenya menyebut bahwa hal tersebut menjadi indikasi adanya sesuatu yang patut dicurigai.
“Ini semakin mengindikasikan, pasti ada yang terjadi, pasti ada yang ditutupi, pasti ada yang dikhawatirkan,” ujar Refly.
Ia menekankan bahwa pernyataan Sofian bukanlah bukti bahwa ijazah Jokowi palsu, melainkan sebatas kesaksian seorang mantan rektor. Namun, ia mempertanyakan langkah Sofian yang mencabut semua pernyataan tanpa memberikan klarifikasi lebih lanjut.
“Jika sekelas Profesor Sofian Effendi harus menarik semua pernyataannya, tentunya ini sebuah indikasi kuat jika ada sesuatu dengan ijazah Jokowi, karena dia tidak meralat tapi menarik semua pernyataannya,” tegas Refly.
Polemik ini pun semakin ramai diperbincangkan di ruang publik. Banyak pihak yang mendesak agar persoalan ini dituntaskan melalui pembuktian yang transparan, agar tidak menimbulkan spekulasi liar yang berpotensi merusak kredibilitas institusi pendidikan maupun figur publik yang terlibat.
Kontroversi yang menyeret nama besar Sofian sebagai mantan rektor UGM sekaligus akademisi senior menunjukkan betapa sensitifnya isu ini di mata publik. Berbagai pihak berharap penyelesaian yang tuntas agar tidak menimbulkan kegaduhan berkepanjangan. (Sumber: Koranbabelpo.id, Editor: KBO Babel)