KBOBABEL.COM (BANGKA BELITUNG) — Ancaman terhadap ketahanan pangan di Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, semakin nyata. Ribuan hektare lahan sawah yang sebelumnya produktif kini tergerus oleh maraknya perkebunan kelapa sawit. Kondisi ini dikeluhkan langsung para petani kepada anggota Komisi II DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Rina Tarol dan Musani, saat menggelar dialog bersama di Desa Serdang, Kecamatan Toboali, Kamis (18/9/2025). Jum’at (19/9/2025)
Dalam pertemuan yang berlangsung di tengah areal persawahan, para petani mengungkapkan keresahan mendalam mereka. Agus, salah seorang petani Desa Serdang, menyampaikan bahwa sumber air utama bagi sawah di desanya berasal dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Pergam. Berkat adanya saluran “codetan” yang dibangun sebelumnya, sawah di wilayah tersebut mampu panen hingga dua kali setahun. Namun, kelanjutan panen itu kini berada di ujung tanduk.
“Masalahnya, DAS di Desa Pergam sekarang ini sudah habis digarap perkebunan. Kami mohon Bapak Ibu Dewan berjuang hentikan aktivitas pembukaan lahan di sana,” pinta Agus penuh harap.
Menurutnya, dampak alih fungsi DAS tersebut tidak hanya mengancam sawah di Desa Serdang, tetapi juga merugikan langsung lahan pertanian di Desa Pergam. Tanpa pasokan air yang memadai, ratusan hektare sawah terancam kekeringan dan gagal panen.
Agus menambahkan, dari total 1.700 hektare lahan sawah yang dicetak pada 2011, 2013, dan 2016, kini hanya sekitar 500 hektare yang masih produktif. Sementara itu, ratusan hektare lainnya telah berubah menjadi kebun sawit.
“Sisanya mungkin mencapai ratusan hektare sudah beralih fungsi jadi kebun kelapa sawit,” ungkap Agus.
Ia mengaku bersama sejumlah petani sudah mencoba berkoordinasi dengan aparat penegak hukum (APH) di Bangka Selatan terkait persoalan ini. Namun, hingga kini belum ada langkah konkret yang mampu menghentikan alih fungsi lahan secara masif.
DPRD Babel Janji Tegas
Menanggapi keluhan tersebut, Rina Tarol menegaskan bahwa DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung akan mengambil sikap tegas. Politisi Golkar itu mengatakan, masalah ini sudah lama menjadi perhatian, terutama karena menyangkut hajat hidup petani dan masa depan ketahanan pangan daerah.
“Persoalan ini memang sudah menjadi perhatian kami, seperti kondisi DAS Bikang yang menjadi sumber air bagi sawah di Desa Rias, juga mengalami nasib serupa. Ribuan hektare sawah terancam tidak bisa lagi berproduksi karena sumber airnya rusak,” ujar Rina.
Ia memastikan pihaknya tidak akan tinggal diam. DPRD Babel berkomitmen untuk segera memanggil seluruh perusahaan kelapa sawit yang beroperasi di wilayah Bangka Selatan, terutama yang diduga melakukan pembukaan lahan di kawasan DAS.
“Dalam waktu dekat, kami akan panggil seluruh perusahaan kelapa sawit. Ayo kita lawan bersama. Jika nanti ada unsur pembiaran, kami laporkan ke Kejaksaan,” tegas Rina, yang disambut tepuk tangan meriah dari para petani yang hadir.
Sawah Berkurang, Pangan Terancam
Situasi ini menambah daftar panjang persoalan alih fungsi lahan pertanian ke perkebunan sawit di Bangka Belitung. Lahan sawah yang sebelumnya diharapkan menjadi penopang ketahanan pangan daerah, kini semakin menyusut. Jika tidak ada langkah penyelamatan, Bangka Selatan berpotensi bergantung penuh pada pasokan pangan dari luar daerah.
Ketua kelompok tani setempat menambahkan bahwa ancaman ini juga berdampak pada generasi muda. Banyak anak petani yang enggan melanjutkan usaha tani karena lahan semakin sempit dan hasil panen tidak menentu.
“Kalau sawah makin berkurang, siapa yang mau bertani lagi? Generasi muda akan meninggalkan pertanian,” keluhnya.
Seruan Tindakan Nyata
Para petani berharap pemerintah provinsi hingga pusat segera turun tangan. Mereka menuntut regulasi tegas yang melarang alih fungsi lahan pertanian produktif menjadi perkebunan sawit. Selain itu, mereka meminta adanya pengawasan lebih ketat terhadap perusahaan yang membuka lahan di kawasan DAS.
“Kalau dibiarkan, bukan hanya sawah yang hilang, tapi juga ketahanan pangan kita. Harus ada keberpihakan nyata kepada petani,” ujar Agus menutup dialog.
Dengan kondisi lahan yang terus berkurang, petani dan DPRD Babel kini satu suara: menyelamatkan sawah berarti menyelamatkan ketahanan pangan Bangka Belitung. Langkah nyata dari pemerintah dan penegak hukum sangat dinantikan agar ribuan hektare sawah yang tersisa tidak benar-benar hilang ditelan perkebunan sawit. (Sumber : Wowbabel, Editor : KBO Babel)













