Runtuhnya Dominasi Barat: Saat Senjata Cina Bicara di Langit Kashmir  

Dari Kashmir ke Kairo: Guncangan Global Usai Pukulan Senjata Cina ke India

banner 468x60
Advertisements

Oleh : Brigadir Jenderal (Purn.) Suhail Azar

KBOBABEL.COM (Jakarta) – Operasi udara “Sindur” yang diluncurkan India ke wilayah Pakistan telah mencatatkan salah satu momen paling mengejutkan dalam sejarah konflik militer Asia Selatan. Tidak hanya karena skala serangannya yang masif dan teknologi tinggi yang dikerahkan oleh India, tetapi justru karena hasil akhirnya: kekalahan telak yang mengoyak harga diri militer India—dan lebih luas lagi, reputasi teknologi pertahanan Barat.

banner 336x280

Lima jet tempur India, termasuk tiga Rafale yang disebut-sebut sebagai permata mahkota kekuatan udara India, jatuh dihantam sistem pertahanan dan jet tempur buatan Cina. Ini bukan hanya sebuah kekalahan taktis. Ini adalah pukulan strategis terhadap kredibilitas sistem persenjataan Barat, yang selama ini mendominasi pasar global.

 Perubahan Arah Angin di Langit Asia

Untuk pertama kalinya, teknologi militer Cina menunjukkan tajinya dalam konfrontasi nyata. Sistem pertahanan udara HQ-9B dan LY-80, serta jet tempur J-10C dan JF-17, menjadi instrumen pembalik peta kekuatan udara. Lebih mengejutkan, Rafale—pesawat tempur multirole buatan Prancis yang belum pernah tercatat jatuh di medan perang sebelumnya—ditumbangkan dengan efektif.

Ini adalah momen simbolis. Ketika pesawat seharga 25 juta dolar (JF-17) mampu menjatuhkan pesawat seharga 100 juta dolar (Rafale), dunia bertanya-tanya: apakah Barat telah kehilangan keunggulan teknologinya? Reaksi pasar langsung terlihat—saham Chengdu Aircraft Industry, produsen pesawat tempur Cina, melonjak 18% hanya dalam satu hari. Sebuah lonceng kemenangan komersial dan geopolitik.

Keseimbangan Baru di Timur Tengah

Dampaknya tidak berhenti di Asia Selatan. Mesir, yang telah lebih dulu membeli sistem HQ-16 dan jet JF-17 dari Cina, kini melihat dirinya memiliki senjata yang telah terbukti dalam tempur. Latihan militer bersama Mesir-Cina “Elang Peradaban 2025” yang digelar baru-baru ini, semakin menegaskan pergeseran orientasi militer Mesir dari ketergantungan pada Barat menuju kemitraan strategis dengan Beijing.

Israel, sebagai kekuatan udara dominan di Timur Tengah, merespons dengan nada waspada. Laporan resmi militer Israel menyebut senjata Cina yang dimiliki Mesir sebagai “ancaman langsung terhadap dominasi udara Israel.” Ini adalah pengakuan tidak langsung bahwa Cina kini telah menembus benteng pertahanan militer paling eksklusif di dunia.

KBOBABEL.COM (Jakarta) - Operasi udara “Sindur” yang diluncurkan India ke wilayah Pakistan telah mencatatkan salah satu momen paling mengejutkan dalam sejarah konflik militer Asia Selatan. Tidak hanya karena skala serangannya yang masif dan teknologi tinggi yang dikerahkan oleh India, tetapi justru karena hasil akhirnya: kekalahan telak yang mengoyak harga diri militer India—dan lebih luas lagi, reputasi teknologi pertahanan Barat.
Caption : Ilustrasi

Pergeseran Global: Dari NATO ke Naga

Yang lebih menarik adalah efek domino geopolitik yang bisa ditimbulkan. Negara-negara yang selama ini mengandalkan perlindungan militer dari Amerika Serikat dan NATO mulai mempertanyakan efisiensi dan relevansi pilihan mereka. India, sebagai negara demokrasi besar yang menjadi sekutu tidak formal AS, justru dipermalukan secara militer oleh senjata dari blok Timur.

Apakah ini akhir dari dominasi Barat di pasar persenjataan global? Belum tentu. Namun jelas, Cina kini telah naik kelas, bukan hanya sebagai pemasok murah, tetapi sebagai produsen senjata yang terbukti unggul di medan pertempuran. Dalam dunia militer, reputasi dibangun bukan dari brosur, tetapi dari puing-puing pesawat lawan.

Pertanyaan Besar Setelah “Sindur”

Apa yang terjadi di Kashmir bukan hanya eskalasi konflik klasik India-Pakistan. Ini adalah panggung demonstrasi kekuatan teknologi militer Cina di level global. Bagi negara-negara di Asia, Afrika, bahkan Amerika Latin, ini adalah sinyal untuk meninjau ulang ke mana arah alutsista mereka akan dibelanjakan di masa depan.

Bagi India, ini adalah tamparan menyakitkan. Namun bagi dunia, ini adalah peringatan keras bahwa dunia unipolar dengan supremasi teknologi militer Barat mungkin telah usai. Cina, dengan strategi investasi jangka panjang di sektor pertahanan, mulai memetik buahnya: kredibilitas global dan pengaruh geopolitik yang nyata.

“Sindur” bukan sekadar nama operasi. Ia mungkin menjadi penanda babak baru dalam sejarah persenjataan dunia. Ketika Barat terpukul di medan tempur, dan Cina mengibarkan benderanya di langit yang selama ini dikuasai NATO, dunia harus bersiap menyambut era baru: era multipolar militer, dengan Cina sebagai pemain utama. (Redaksi)

 

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *