KBOBABEL.COM (Jakarta) – Gelombang demonstrasi yang merebak di berbagai daerah di Indonesia mendapat sorotan tajam dari media internasional. Sejumlah media asing menyoroti aksi penggerudukan dan penjarahan yang menyasar rumah para anggota DPR RI, termasuk Ahmad Sahroni, Uya Kuya, Eko Patrio, hingga kediaman Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Senin (1/9/2025)
Media Malaysia, The Star hingga Malay Mail, melaporkan bahwa rumah anggota DPR Uya Kuya dan Eko Patrio dijarah pada Sabtu (30/8) malam. Aksi itu terjadi bersamaan dengan memuncaknya protes masyarakat terhadap gaji dan tunjangan para wakil rakyat.
“Di Duren Sawit, Jakarta Timur, ratusan orang memaksa masuk ke kediaman Uya Kuya, mantan pembawa acara televisi dengan nama asli Surya Utama, dengan merusak gerbang dan mendobrak pintu sebelum melakukan vandalism dan menjarah properti tersebut,” demikian laporan Malay Mail.
Tidak hanya Uya Kuya, Malay Mail juga mencatat bahwa rumah mewah komedian sekaligus anggota parlemen Eko Patrio (Eko Hendro Purnomo) di kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan, ikut menjadi sasaran massa.
Selain itu, media Malaysia itu menyoroti pula penjarahan rumah anggota DPR Ahmad Sahroni di Jakarta Utara. Malay Mail memahami bahwa peristiwa ini dipicu setelah alamat rumah sejumlah anggota parlemen tersebar luas di media sosial, sehingga memudahkan massa untuk menyerang.
Sementara itu, The Star melaporkan secara khusus soal penjarahan di kediaman Menteri Keuangan Sri Mulyani. Media tersebut menuliskan bahwa mereka menyaksikan berbagai video yang beredar, memperlihatkan massa menggeruduk dan membawa kabur furnitur serta barang-barang berharga dari rumah pejabat negara tersebut.
“Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati adalah salah satu target paling menonjol. Pada 31 Agustus dini hari, massa menggeruduk kediamannya di Bintaro, Jakarta. Video-video menunjukkan massa merusak properti dan membawa kabur barang-barang berharga mulai dari barang elektronik dan lukisan hingga pakaian dan furnitur,” tulis The Star.
Tidak hanya dari Malaysia, Bangkok Post asal Thailand juga memberitakan perkembangan situasi di Indonesia. Media tersebut melaporkan bahwa aksi penjarahan meluas hingga ke rumah anggota dewan dan menteri ketika demo besar pecah di Tanah Air.
Bangkok Post menilai demonstrasi ini dipicu oleh dua faktor utama: pertama, protes masyarakat atas tingginya gaji dan tunjangan anggota DPR, dan kedua, kemarahan publik akibat tewasnya seorang pengemudi ojek online yang diduga dilindas kendaraan taktis (rantis) polisi saat demo.
“Rumah sejumlah politikus dan fasilitas umum dijarah atau dibakar,” tulis Bangkok Post.
Lebih lanjut, Bangkok Post melaporkan soal keputusan fraksi di DPR untuk mencabut sejumlah fasilitas dan hak istimewa anggota parlemen, seperti yang diumumkan langsung oleh Presiden RI Prabowo Subianto. Media itu juga menyoroti perintah tegas Prabowo kepada aparat TNI dan Polri.
“Prabowo dalam jumpa pers di Istana Kepresidenan dan didampingi para pimpinan berbagai partai politik, mengatakan ia telah memerintahkan TNI dan Polri untuk menindak tegas para perusuh dan penjarah, seraya memperingatkan bahwa beberapa tindakan tersebut merupakan indikasi ‘terorisme’ dan ‘makar’,” tulis Bangkok Post.
Media Singapura, Channel News Asia (CNA), turut menyoroti isu ini dengan artikel berjudul “Indonesia unrest: Prabowo says parliament to remove controversial perks for MPs, suspend errant lawmakers”. CNA melaporkan bahwa aksi penjarahan terjadi larut malam dengan menyasar sejumlah figur politik yang tengah menjadi pusat kemarahan publik.
“Di ibu kota dan sekitarnya, para penjarah menargetkan setidaknya empat rumah anggota DPR dan kediaman Menteri Keuangan Sri Mulyani. Media lokal Detik melaporkan rumah Sri Mulyani di Bintaro, Tangerang Selatan, dijarah dua kali dalam beberapa jam pada Minggu sesaat setelah tengah malam,” tulis CNA.
Tidak ketinggalan, Times of India (TOI) dari India ikut mengangkat kabar ini. TOI menyoroti bahwa peristiwa penjarahan terjadi sesaat setelah wafatnya Affan Kurniawan, seorang pengemudi ojek online yang dilindas rantis polisi saat demonstrasi di sekitar gedung DPR.
“Rumah Menteri Sri Mulyani Indrawati di Tangerang Selatan, kota yang berbatasan dengan ibu kota Jakarta, dijarah dalam dua gelombang pada Minggu dini hari, kata Damianus Rudolf, seorang tetangga, kepada AFP,” tulis TOI.
TOI menambahkan bahwa Sri Mulyani tidak berada di rumah ketika penjarahan berlangsung. Media itu juga menyoroti bahwa rumah sejumlah anggota DPR lainnya ikut menjadi target massa.
Sementara itu, media Timur Tengah seperti Al Arabiya dan Al Jazeera juga ramai memberitakan perkembangan situasi di Indonesia. Al Jazeera menilai aksi ini muncul di tengah meningkatnya kecaman publik terhadap tunjangan DPR dan kemarahan atas meninggalnya Affan Kurniawan.
“Para perusuh mengacak-acak rumah sejumlah anggota partai politik serta membakar sejumlah instalasi negara saat protes mengguncang kota-kota besar di negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara tersebut,” lapor Al Jazeera.
Sementara itu, Al Arabiya menuliskan, “Rumah-rumah anggota partai politik diobrak-abrik serta gedung-gedung negara dibakar, hingga memicu kekhawatiran luas.”
Lebih lanjut, Al Arabiya menyoroti dampak ekonomi dari kerusuhan ini. “Sentimen investor terpukul karena protes tersebut dan mengakibatkan aksi penjualan tajam pada saham dan mata uang Indonesia,” lanjut media itu.
Di sisi lain, media Barat seperti CNN, BBC, Bloomberg, dan Financial Times juga melaporkan peristiwa ini. CNN menyoroti khusus penjarahan di rumah Ahmad Sahroni, mengaitkannya dengan ucapan kontroversial yang sebelumnya membuat masyarakat marah.
Sementara BBC menyoroti penjarahan di rumah Sri Mulyani serta sikap tegas Presiden Prabowo Subianto dalam menghadapi situasi tersebut. Bloomberg dan Financial Times lebih menyoroti implikasi kerusuhan terhadap stabilitas ekonomi dan politik di Indonesia.
Perhatian media asing yang luas terhadap peristiwa ini menegaskan betapa seriusnya eskalasi demonstrasi di Indonesia, yang kini tidak hanya menjadi isu domestik tetapi juga sorotan dunia internasional. Dengan banyaknya tokoh politik yang menjadi sasaran, gelombang protes ini diprediksi masih akan menjadi fokus pemberitaan global dalam beberapa waktu ke depan.