KBOBABEL.COM (PANGKALPINANG) — Tenun Cual merupakan salah satu warisan budaya yang menjadi kebanggaan masyarakat Bangka Belitung. Keindahan motif dan filosofi di balik setiap helai tenunan menjadikannya bukan sekadar kain, melainkan identitas yang sarat makna. Di balik keanggunan kain tersebut, ada sosok perajin tangguh bernama Maslina Yazid yang selama puluhan tahun mendedikasikan hidupnya untuk melestarikan tenun cual Bangka. Jumat (24/10/2025)
Maslina Yazid telah menekuni profesi sebagai perajin tenun cual selama lebih dari dua dekade. Bersama PT TIMAH Tbk, ia terus berupaya mengenalkan, mempromosikan, dan melestarikan cual Bangka melalui berbagai kegiatan dan inovasi. Dukungan perusahaan tambang plat merah ini membuat tenun cual Bangka tetap eksis di tengah arus modernisasi.
“Cual itu berasal dari kata ‘Celupan Awal’, yaitu proses awal benang sutra atau benang putih yang akan ditenun. Setiap motifnya punya makna dan filosofi tersendiri, karena dulunya hanya digunakan oleh keturunan raja,” jelas Maslina.
Maslina menuturkan, setiap warna dalam tenun cual memiliki arti khusus. Warna emas melambangkan kebangsawanan, merah marun untuk anak muda, ungu untuk janda, dan hitam digunakan saat upacara kematian. Motif yang ia hasilkan pun beragam, mulai dari kembang setaman, kembang sepatu, kembang melati, kembang kenanga, hingga balok timah—beberapa di antaranya bahkan sudah memiliki hak paten.
“Motif yang paling banyak dicari orang adalah motif kembang kenanga karena pernah dilombakan di tingkat nasional dan mendapatkan bintang empat,” ujarnya bangga.
Proses pembuatan satu lembar kain cual tidaklah singkat. Dalam kondisi paling cepat, pengerjaan bisa memakan waktu hingga dua minggu, namun ada juga yang mencapai satu tahun, tergantung tingkat kerumitan motif dan teknik yang digunakan. Karena itu, harga tenun cual Bangka bervariasi, mulai dari Rp3 juta hingga ratusan juta rupiah.
Selain menghasilkan karya yang bernilai tinggi, Maslina juga memiliki koleksi kain cual kuno yang harganya mencapai ratusan juta rupiah. Koleksi tersebut menjadi saksi sejarah dan bukti eksistensi tenun cual Bangka sejak zaman dahulu.
Kesadaran untuk melestarikan budaya lokal membuat Maslina aktif turun langsung ke sekolah dan kampus untuk mengajarkan cara menenun cual kepada generasi muda. Namun, ia mengakui bahwa tantangan terbesar saat ini adalah menurunnya minat anak muda untuk menjadi perajin.
“Saya ke sekolah dan kampus untuk berbagi pengalaman. Mereka tertarik melihat proses menenun, tapi hanya sedikit yang mau benar-benar menekuni profesinya. Ada juga anak muda yang sudah bisa menenun, tapi berhenti karena kesibukan,” tutur Maslina.
Dalam perjalanannya, Maslina tak lepas dari dukungan PT TIMAH Tbk yang sejak tahun 1990 telah menjadi mitra setia para perajin cual. Perusahaan ini memberikan bantuan modal, pelatihan, hingga dukungan pemasaran bagi para perajin agar bisa terus berinovasi dan memperluas pasar tenun cual Bangka.
“Saya terus berinovasi menghadirkan motif baru, terakhir saya membuat motif balok timah dan terinspirasi untuk membuat motif pinang mas. Terima kasih PT TIMAH yang selalu mendukung kami, mulai dari modal, pelatihan, hingga promosi,” ungkapnya.
Dukungan PT TIMAH Tbk tidak berhenti di situ. Setiap kali mengikuti pameran yang difasilitasi perusahaan, produk Maslina selalu mendapat sambutan positif dan laku terjual. Ia menilai kehadiran PT TIMAH sangat membantu perajin dalam mempertahankan eksistensi kain cual di pasar nasional maupun internasional.
“Kami bangga punya bapak angkat seperti PT TIMAH yang peduli dan terus membantu kami melestarikan budaya Bangka. Kepada generasi muda, jangan malu jadi perajin. Kalau dijalani dengan sungguh-sungguh, hasilnya bisa membanggakan seperti profesi lain. Mari kita jaga budaya kita agar tidak punah,” pesannya penuh semangat.
Tenun cual bukan hanya menjadi simbol keindahan, tapi juga bukti nyata bahwa kolaborasi antara masyarakat dan perusahaan dapat menghasilkan sesuatu yang bernilai tinggi bagi bangsa. Melalui dukungan PT TIMAH Tbk, tenun cual Bangka kini tak hanya dipandang sebagai warisan budaya, melainkan juga sumber ekonomi kreatif yang menjanjikan bagi masyarakat lokal.
Kolaborasi ini memperlihatkan bagaimana pelestarian budaya dapat berjalan seiring dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Di tangan-tangan kreatif seperti Maslina Yazid dan dengan dukungan berkelanjutan dari PT TIMAH Tbk, kain cual Bangka akan terus hidup, menenun cerita dan harapan baru bagi generasi mendatang. (Sumber: PT Timah Tbk, Editor: KBO Babel)













