<p dir="ltr">Oleh: <b>Tomi Permana (Ketua Pemuda Pangkalpinang Bersuara) </b></p>
<p><b>PANGKALPINANG, KBOBABEL.COM</b> &#8212; SUHU politik di Kota Pangkalpinang kian memanas menjelang Pilkada ulang 2025, pasca kemenangan fenomenal &#8220;kotak kosong&#8221; atas pasangan calon tunggal. Kemenangan ini seolah menjadi tamparan keras bagi partai-partai politik, yang meski telah bersatu mendukung satu calon, justru dihadapkan pada kenyataan bahwa masyarakat memilih jalan lain — sebuah bentuk perlawanan politik yang sah dan konstitusional.</p>
<p dir="ltr">Di tengah dinamika politik yang menggelora, wajah kota mulai dipenuhi spanduk dan baliho para bakal calon. Narasi yang diusung pun beragam, dari yang menekankan kepedulian terhadap rakyat hingga janji perubahan. Namun, dari sekian banyak atribut politik, ada satu baliho yang cukup menyita perhatian: milik komunitas “Patembayan Semar Guyub Jawa Lampung”, menampilkan foto tokoh Basit Sucipto dengan tulisan “Wong Jowo Kudu Nahan Kekuwatan Ing Ngendi Wae”.<br />
Kalimat ini kemudian menuai beragam komentar di kalangan masyarakat Pangkalpinang. Sebagian menilai bahwa nuansa kesukuan yang muncul tidak tepat ditempatkan dalam ruang publik kota yang majemuk ini. Komentar seperti “Nahhhh, Lah Maen Suku Ne. Masa Dikampung Orang Lah Maen Suku Ne? Dak Cocok Gawe Ne” menggambarkan kegelisahan sebagian warga yang merasa nilai-nilai kebersamaan dan keterbukaan mulai tergerus oleh politik identitas.</p>
<p dir="ltr">Padahal, jika dimaknai secara mendalam, frasa “nahan kekuwatan” dalam filosofi Jawa sejatinya adalah ajaran luhur tentang pengendalian diri, kebijaksanaan, dan kerendahan hati — bukan tentang dominasi apalagi superioritas. Orang yang kuat justru adalah mereka yang mampu menahan diri, tahu tempat, dan tidak menyalahgunakan kekuasaan. Sayangnya, pesan ini bisa kabur jika dibingkai dalam narasi eksklusif dan kesukuan yang sempit.</p>
<p dir="ltr">Masyarakat Melayu, sebagai tuan rumah di tanah Pangkalpinang, dikenal dengan sikap terbuka dan menjunjung tinggi kearifan lokal. Mereka tidak biasa menonjolkan kesukuan, karena paham benar bahwa harmoni dibangun dari keberagaman yang saling menghargai. Di tanah ini, siapa pun bisa hidup, tumbuh, dan bahkan memimpin — asalkan mampu merawat keberagaman, bukan mengkotak-kotakkan identitas.</p>
<p dir="ltr">Pilkada sejatinya adalah momentum untuk membuktikan siapa yang paling layak memimpin, bukan siapa yang berasal dari suku mana. Mari jaga Pangkalpinang tetap teduh, tanpa harus membakar bara politik identitas yang bisa membelah. Karena di atas semua perbedaan, kita semua sejatinya adalah warga Pangkalpinang yang ingin hidup damai dan bermartabat. (*)</p>
<p dir="ltr">
<p><em><strong>Catatan Redaksi :</strong></em><br />
————————————</p>
<p>Isi narasi opini ini di luar tanggung jawab Redaksi, apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan atau keberatan dalam penyajian artikel, opini atau pun pemberitaan tersebut diatas, Anda dapat mengirimkan artikel dan atau berita berisi sanggahan atau koreksi kepada redaksi media kami, sebagaimana diatur dalam pasal 1 ayat (11) dan ayat (12) undang-undang No 40 tahun 1999 tentang Pers.</p>
<p>Berita Sanggahan dan atau opini tersebut dapat dikirimkan ke redaksi media kami melalui email atau nomor whatsapp seperti yang tertera di box Redaksi.</p>

KBOBABEL.COM (Pangkalpinang) — Deklarasi Paslon “Merdeka” (Membangun bersama Ramida dan Eka) pada Minggu 15 Juni…
PANGKALPINANG, KBOBABEL.COM – SUASANA malam Sabtu (14/6/2025) di kawasan Tugu Kerito Surong, Kota Pangkalpinang, tampak…
KBOBABEL.COM (Mentok) – Aksi tegas kembali ditunjukkan aparat dalam memberantas praktik tambang ilegal di wilayah…
KBOBABEL.COM (Pangkalpinang) – TNI Angkatan Laut (AL) berhasil menggagalkan upaya penyelundupan 47,5 ton timah ilegal…
KBOBABEL.COM (Pematangsiantar) — Dugaan pencurian aset negara kembali mencuat di Kota Pematangsiantar. Kali ini, sorotan…
KBOBABEL.COM (JAKARTA) – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyampaikan harapannya agar kenaikan gaji hakim yang diumumkan…