KBOBABEL.COM (Bangka Belitung) — Guna memperkuat peran perpustakaan dalam budaya baca dan pelestarian kearifan lokal, Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung melalui Dinas Perpustakaan Umum Daerah menggelar Bimbingan Teknis (Bimtek) Kepenulisan Berbasis Budaya Lokal. Kegiatan berlangsung selama dua hari, 27–28 Mei 2025, dengan agenda yang menyentuh langsung aspek literasi, edukasi, dan pelestarian budaya masyarakat lokal. Selasa (27/5/2025).
Hari pertama kegiatan dipusatkan di Gedung Perpustakaan Umum Daerah Provinsi Bangka Belitung, sedangkan hari kedua akan dilaksanakan di Dusun Aikabik, Desa Gunungmuda, Kabupaten Bangka. Lokasi ini dipilih karena merupakan tempat bermukimnya komunitas adat Suku Mapor yang masih menjaga erat tradisi dan budaya leluhur.
Bimtek ini dibuka langsung oleh Plt. Kepala Dinas Pengelolaan Arsip Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Doni Golput. Dalam sambutannya, Doni menegaskan pentingnya memadukan semangat literasi dengan pelestarian nilai-nilai budaya lokal.
“Di tengah derasnya arus globalisasi, kita harus menjaga agar seni budaya dan adat istiadat tidak punah. Cerita rakyat, ritual, dan tradisi yang diwariskan leluhur harus terus dikenalkan melalui tulisan,” tegasnya.
Menurut Doni, kegiatan menulis berbasis budaya lokal bukan hanya soal dokumentasi, tetapi juga bentuk edukasi yang mampu menyadarkan masyarakat akan jati dirinya.
“Lembar-lembar tulisan ini bisa menjadi media pendidikan kebudayaan yang sangat efektif,” ujarnya.
Salah satu narasumber utama dalam kegiatan ini adalah Yan Megawandi, yang membawakan materi bertema “Strategi Penguatan Penulisan Cerita Rakyat yang Melibatkan Banyak Stakeholder untuk Hasil yang Lebih Kompetitif.”
Dalam paparannya, Yan mendorong sinergi antara penulis, komunitas adat, lembaga pendidikan, dan perpustakaan agar karya-karya literasi yang dihasilkan tidak hanya bernilai budaya, tetapi juga relevan dengan perkembangan zaman.
Hari kedua Bimtek dirancang lebih interaktif. Para peserta akan diajak mengunjungi langsung komunitas adat Suku Mapor di Dusun Aikabik. Melalui dialog dan observasi lapangan, peserta diharapkan mampu menyerap nilai-nilai budaya secara otentik untuk kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan.
Dengan pendekatan ini, perpustakaan tidak sekadar menjadi tempat penyimpanan buku, tetapi bertransformasi menjadi ruang hidup budaya yang dinamis dan produktif.
Pemerintah berharap, kegiatan semacam ini bisa memperkuat literasi berbasis budaya dan membangun generasi yang cerdas serta berakar pada nilai-nilai lokal.
“Literasi bukan sekadar membaca dan menulis, tetapi juga soal memahami siapa diri kita dalam konteks budaya,” pungkas Doni. (Sandy Batman/KBO Babel)