KBOBABEL.COM (BABEL) – Indonesia bersiap mencatat sejarah energi nasional dengan rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) berbasis thorium pertama di tanah air. Proyek ambisius ini digagas oleh ThorCon Power Indonesia dan ditargetkan mulai beroperasi pada tahun 2030 di Pulau Gelasa, Kepulauan Bangka Belitung. Kamis (16/10/2025)
Chief Operating Officer ThorCon Power Indonesia, Bob S. Effendi, menyatakan optimisme tinggi terhadap proyek yang disebut-sebut akan menjadi tonggak baru dalam pemanfaatan energi nuklir di Indonesia. Menurutnya, pembangunan PLTN ini akan menelan investasi sekitar Rp 17 triliun atau setara dengan US$ 900 juta, dan akan memiliki kapasitas sebesar 500 Mega Watt (MW).
“Proyek ini merupakan langkah besar bagi Indonesia dalam diversifikasi energi dan pengurangan ketergantungan pada bahan bakar fosil. Kami menargetkan PLTN ini menjadi yang pertama di Indonesia,” ujar Bob S. Effendi.
Meski rencana pembangunan sudah matang, proyek ini masih menunggu persetujuan dari Presiden Prabowo dan penerbitan Peraturan Presiden (Perpres) yang mendukung implementasinya. Selain itu, proyek ini juga menunggu revisi Kebijakan Energi Nasional (KEN) dan pembentukan Nuclear Energy Program Implementation Organization (NEPIO) untuk memulai tahap pengembangan secara resmi.
Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Rohadi Awaludin, menyatakan bahwa PLTN berbasis thorium masih dalam tahap awal pembahasan, terutama terkait izin, regulasi, dan kesiapan teknologi. BATAN berperan sebagai pengawas sekaligus pendamping teknis dalam pengembangan proyek ini agar sesuai standar keselamatan nasional dan internasional.
Proyek PLTN di Pulau Gelasa ini akan menawarkan dua opsi kapasitas. Kapasitas kecil, antara 100-200 megawatt, dirancang untuk wilayah administratif dengan populasi terbatas. Sementara kapasitas besar, hingga 1.000 megawatt, ditujukan untuk memenuhi kebutuhan listrik perkotaan dan kawasan industri. PLTN yang dibangun ThorCon Power Indonesia memiliki kapasitas 500 MW, yang dinilai cukup untuk memasok listrik wilayah Babel secara signifikan.
Menurut Bob, pemotongan baja pertama untuk pembangunan reaktor akan dilakukan di galangan kapal di Korea Selatan pada November 2024, menandai awal pengerjaan fisik proyek. Selanjutnya, unit PLTN direncanakan tiba di Pulau Gelasa pada tahun 2027, dan izin operasi dari Bapeten diharapkan terbit pada 2029. Dengan begitu, PLTN ini siap memulai operasi komersial pada tahun 2030.
PLTN berbasis thorium dipilih karena memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan reaktor nuklir konvensional berbahan bakar uranium. Selain lebih aman dan ramah lingkungan, thorium mampu menghasilkan energi tinggi dengan limbah radioaktif yang lebih sedikit dan periode radioaktif lebih pendek. Hal ini membuatnya ideal untuk pengembangan energi jangka panjang di Indonesia.
Masyarakat dan pemangku kepentingan di Bangka Belitung menyambut positif rencana pembangunan PLTN ini. Proyek ini diharapkan tidak hanya menyediakan pasokan listrik yang stabil dan terjangkau, tetapi juga membuka lapangan kerja baru dan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal melalui berbagai aktivitas pendukung pembangunan PLTN.
Bob menegaskan, meski izin usaha sudah diperoleh, pihaknya tetap memprioritaskan kepatuhan terhadap regulasi nasional, keselamatan lingkungan, dan keterlibatan masyarakat lokal agar proyek berjalan lancar.
“Kami ingin memastikan proyek ini tidak hanya sukses secara teknis, tetapi juga diterima dan memberikan manfaat nyata bagi masyarakat Pulau Gelasa dan sekitarnya,” ujarnya.
Dengan terwujudnya PLTN berbasis thorium di Pulau Gelasa, Indonesia diharapkan dapat menjadi pionir energi nuklir berbasis thorium di Asia Tenggara, sekaligus memperkuat kemandirian energi nasional dan mendukung target transisi energi bersih menuju masa depan yang lebih berkelanjutan. (Sumber : Wowbabel, Editor : KBO Babel)













