KBOBABEL.COM (NEW YORK) – Pemilihan Walikota New York berakhir dengan kemenangan bersejarah bagi Zohran Mamdani, politisi muda berusia 34 tahun yang berhasil mengungguli dua pesaing kuatnya, mantan Gubernur Andrew Cuomo dan kandidat Partai Republik Curtis Sliwa. Kemenangan ini menandai sejarah baru dalam politik kota terbesar di Amerika Serikat, sekaligus menjadikan Mamdani wali kota termuda New York dalam lebih dari satu abad terakhir dan walikota muslim pertama di wilayah ini. Jumat (7/11/2025)
Mamdani akan menggantikan Eric Adams, yang memutuskan untuk tidak mencalonkan diri kembali pada September 2025, meskipun namanya tetap tercantum di surat suara. Popularitas Mamdani meroket setelah berhasil memenangkan pemilihan pendahuluan Partai Demokrat dengan keunggulan 12 poin, menjadikannya kandidat unggulan menuju pemungutan suara umum.
Sosialis demokrat progresif ini dikenal dengan pendekatan kampanye yang modern dan memanfaatkan strategi digital secara intensif. Fokus kampanyenya pada isu biaya hidup, keadilan sosial, dan kesejahteraan masyarakat menengah ke bawah mendapat sambutan luas, terutama dari kalangan muda dan kelas pekerja. Kampanye Mamdani menekankan solusi konkret, seperti penggratisan ongkos bus kota, pembekuan kenaikan biaya sewa, penyediaan layanan penitipan anak universal, serta kenaikan upah minimum secara bertahap hingga 2030. Selain itu, ia berencana menekan biaya hidup melalui kenaikan pajak bagi perusahaan besar dan satu persen warga terkaya di kota tersebut.
Kemenangan Mamdani juga menimbulkan kontroversi. Pendekatannya yang tegas terhadap keadilan sosial dan kebijakan progresif menuai kritik keras dari kalangan konservatif. Mantan Presiden Donald Trump secara terbuka menuduh Mamdani berpaham komunis dan beberapa kali menyerangnya melalui media sosial. Trump bahkan sempat mengancam akan memotong dana federal untuk New York City jika Mamdani memenangkan kursi wali kota.
Sebelum mencapai posisi ini, Mamdani merupakan anggota dewan negara bagian asal Queens dan namanya relatif tidak dikenal publik. Namun dalam waktu singkat, ia berhasil menjelma menjadi salah satu figur politik paling berpengaruh dan kontroversial di Amerika Serikat. Kampanyenya yang mengusung janji populis dan program pro-rakyat terbukti berhasil menarik perhatian pemilih, terutama di wilayah urban dan komunitas minoritas.
Selama masa kampanye, Mamdani juga menekankan pentingnya reformasi pendidikan dan akses kesehatan yang lebih merata, termasuk peningkatan fasilitas sekolah negeri dan layanan kesehatan masyarakat. Ia percaya bahwa kesejahteraan ekonomi tidak dapat dipisahkan dari akses pendidikan dan kesehatan yang adil.
Kemenangan Mamdani merupakan simbol perubahan generasi dalam politik New York. Figur muda ini menunjukkan bahwa pemilih kota besar semakin terbuka terhadap calon yang membawa visi inklusif dan berpihak pada masyarakat kelas menengah ke bawah. Sosok Mamdani dianggap mampu membawa kebijakan yang lebih progresif, menghadapi tantangan urban modern, dan menegaskan pentingnya keadilan sosial dalam pembangunan kota.
Dengan latar belakang sebagai muslim pertama yang memegang kursi wali kota, Mamdani juga menjadi simbol keberagaman dan inklusivitas di kota metropolitan yang multikultural ini. Ia diharapkan mampu menjembatani perbedaan komunitas, memperkuat kohesi sosial, dan menegakkan hak-hak minoritas dalam kebijakan publik.
Sebagai wali kota termuda dalam sejarah New York, Mamdani menghadapi tantangan besar, mulai dari mengelola kota dengan populasi lebih dari delapan juta penduduk, menekan biaya hidup yang terus meningkat, hingga mengimplementasikan program sosial yang ambisius. Namun, dukungan masyarakat luas dan strategi kampanye yang efektif diyakini akan membantunya merealisasikan visi perubahan yang telah dijanjikan selama pemilu.
Kemenangan ini menandai era baru dalam politik New York, di mana kepemimpinan muda, progresif, dan inklusif mulai mengambil peran sentral. Zohran Mamdani kini resmi menjadi simbol perubahan generasi, menghadirkan harapan bagi banyak warga untuk kota yang lebih adil, sejahtera, dan berpihak pada masyarakat kelas menengah ke bawah. (Sumber : Koran Babel Pos, Editor : KBO Babel)













