KBOBABEL.COM (Belitung) – Proyek pembangunan Jembatan Pegantungan Satu yang rampung pada 2022 kini menuai kritik keras. Jembatan yang seharusnya menopang arus logistik menuju Pelabuhan Tanjung RU, Desa Pegantungan, Kecamatan Badau, Kabupaten Belitung, justru sudah mengalami kerusakan serius. Senin (1/9/2025).
Padahal, proyek ini menelan biaya besar dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan dimenangkan oleh PT Bangka Cakra Karya sebelum disubkontrakkan ke PT Karya Mulya Nugraha. Ironisnya, jembatan yang masih terbilang baru itu kini dipenuhi retakan pada bagian gelagar, komponen vital penopang beban kendaraan.
Pantauan di lokasi, retakan tampak jelas dengan ukuran bervariasi, mulai dari 0,1 hingga 0,7 milimeter. Retakan itu menjalar di beberapa titik dan semakin mengkhawatirkan karena jembatan setiap hari dilintasi truk bermuatan puluhan ton.
Bagi warga, kondisi ini menjadi alarm bahaya yang mengancam keselamatan pengguna jalan.

PPK Akui Ada Retakan, Klaim Sudah Diperbaiki
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 2-1 PUPR Jalan Nasional melalui stafnya, Yudinan, membenarkan adanya keretakan tersebut. “Betul, jembatan Pegantungan Satu banyak retakan. Kami sudah perintahkan perbaikan.
Mereka melakukan penyuntikan dengan sistem injeksi epoksi. Ada juga yang menggunakan dempul, dan itu sudah kami tegur. Bekas suntikan sudah dibersihkan, tapi memang masih ada yang belum dirapikan,” jelasnya.
Hal senada disampaikan PPK 2-1, Sajad ST, melalui pesan WhatsApp. “Retakan sudah diperbaiki dengan sistem injeksi epoksi,” ujarnya singkat.
Namun, fakta di lapangan menunjukkan hal berbeda. Masih banyak bekas polesan dempul menutupi retakan, bahkan sebagian retakan tetap terlihat jelas. Alih-alih perbaikan tuntas, yang terlihat justru penutupan seadanya.
Pengakuan Mengejutkan: Gelagar Dicetak di Lokasi
Seorang mantan pekerja proyek yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan fakta mengejutkan.
Menurutnya, gelagar jembatan tidak didatangkan dari pabrikan beton pratekan dengan standar mutu nasional, melainkan dicetak langsung di lokasi proyek.
“Betul, dulu saya ikut kerja. Gelagar penghubung itu bukan dikirim dari luar Belitung. Itu dibuat sendiri, dicor langsung di lokasi,” ungkapnya.
Jika benar demikian, maka kualitas konstruksi patut dipertanyakan. Gelagar beton pratekan seharusnya diproduksi di pabrik dengan pengawasan ketat, bukan di lokasi proyek yang rawan minim standar teknis.
Masyarakat Angkat Suara: Desak Kejaksaan Periksa
Kondisi jembatan yang retak dini memantik kekecewaan masyarakat. Mereka menilai proyek ini sarat kejanggalan dan patut diusut oleh aparat penegak hukum.
“Kalau memang benar gelagarnya dicetak di lokasi, jelas itu menyalahi aturan. Apalagi ini proyek APBN. Kami minta Kejaksaan turun tangan memeriksa, jangan sampai ada indikasi penyimpangan yang merugikan negara dan membahayakan masyarakat,” ujar Ridwan (48), tokoh masyarakat Pegantungan.
Hal senada diungkapkan warga lainnya, Ahmad (52), sopir truk yang hampir setiap hari melintasi jembatan tersebut.
“Kami khawatir, retakannya makin besar. Kalau sampai ambruk, yang jadi korban kan masyarakat. Kami mendesak aparat hukum, terutama Kejaksaan, untuk menyelidiki kualitas proyek ini. Jangan sampai ada main mata antara kontraktor dan pihak pengawas,” tegasnya.
Bagi masyarakat, jembatan ini bukan hanya infrastruktur, tetapi juga urat nadi ekonomi daerah. Jika dikerjakan asal jadi, dampaknya tidak hanya pada kerugian negara, tetapi juga keselamatan warga dan kelancaran logistik.

Kontraktor Bungkam, Publik Makin Curiga
Hingga kini, pihak kontraktor belum memberi klarifikasi meski sudah dihubungi. Sikap bungkam ini justru menambah kecurigaan publik. Jika tidak ada masalah, seharusnya kontraktor berani memberikan penjelasan terbuka terkait metode dan standar pekerjaan yang diterapkan.
Ancaman Nyata dan Jalan Keluar
Secara teknis, retakan pada gelagar dapat menjadi awal kegagalan struktur. Retakan memungkinkan air masuk, menyebabkan korosi pada tulangan baja, dan dalam jangka panjang melemahkan daya dukung jembatan. Jika dibiarkan, potensi kecelakaan fatal sangat besar.
Kasus ini menegaskan pentingnya pengawasan ketat terhadap proyek infrastruktur, terutama yang dibiayai APBN. Audit teknis independen perlu segera dilakukan, tidak hanya untuk memastikan keselamatan, tetapi juga menegakkan prinsip akuntabilitas.
Jika terbukti ada penyimpangan, maka kontraktor dan pihak yang terlibat wajib dimintai pertanggungjawaban hukum. Tidak boleh ada kompromi, karena keselamatan publik bukan bahan tawar-menawar.
Penutup: Jangan Biarkan Jadi Bom Waktu
Jembatan Pegantungan Satu adalah jalur vital yang setiap hari dilalui kendaraan berat menuju Pelabuhan Tanjung RU.
Keretakan yang muncul hanya dalam waktu tiga tahun jelas tidak wajar. Warga kini berharap Kejaksaan Negeri maupun Kejaksaan Tinggi Babel segera turun tangan melakukan penyelidikan.
Publik menuntut agar proyek ini tidak hanya diperbaiki secara teknis, tetapi juga diaudit secara hukum. Sebab, jika benar ada pelanggaran spesifikasi dan mutu, maka yang dipertaruhkan bukan sekadar uang negara, melainkan juga nyawa pengguna jalan. (KBO Babel)