KBOBABEL.COM (BANGKA BARAT) – Pemerintah Kabupaten Bangka Barat meluncurkan gebrakan baru dalam bidang lingkungan hidup dengan memperkenalkan program Smart Clean Village, sebuah inovasi digitalisasi pengelolaan sampah yang dikemas melalui ajang Kompetisi Desa Bersih. Program ini digagas langsung oleh Bupati Bangka Barat, Markus, sebagai bagian dari upaya mempercepat pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) Desa tahun 2025. Rabu (17/9/2025)
Dalam sambutannya, Markus menegaskan bahwa pembangunan berkelanjutan harus dimulai dari desa. SDGs Desa, kata dia, merupakan upaya terpadu untuk menghadirkan desa yang bebas kemiskinan, sehat, peduli pendidikan, ramah perempuan, berjejaring, hingga tanggap terhadap budaya dan lingkungan.
“Salah satu tantangan besar kita di desa adalah soal kebersihan. Ini terkait langsung dengan tujuan SDGs, terutama Desa Sehat dan Sejahtera, Kawasan Pemukiman Aman dan Nyaman, Desa Tanggap Perubahan Iklim, serta Desa Peduli Lingkungan Darat,” ujar Markus, Selasa (16/9/2025).
Kompetisi Desa Bersih Bukan Sekadar Lomba
Markus menekankan bahwa Kompetisi Desa Bersih bukan hanya ajang seremonial, melainkan gerakan sosial yang terstruktur, berkelanjutan, dan berbasis gotong royong. Program ini diharapkan menjadi wadah untuk membentuk budaya hidup sehat serta kesadaran kolektif masyarakat desa terhadap pentingnya kebersihan lingkungan.
“Kompetisi Desa Bersih adalah gerakan sosial, bukan sekadar lomba kebersihan. Ada peran aktif warga, ada gaya hidup sehat, dan ada pengawasan langsung dari pemerintah. Kita ingin program ini menjadi gerakan bersama, bukan hanya saat ada penilaian lomba,” ucap Markus.
Melalui program ini, pemerintah daerah juga berupaya mengintegrasikan teknologi digital dengan sistem pengelolaan sampah. Inilah yang kemudian melahirkan konsep Smart Clean Village, sebagai wujud transformasi digital dalam manajemen kebersihan desa.
Smart Clean Village: Kebersihan Modern Berbasis Digital
Konsep Smart Clean Village, menurut Markus, akan mengubah cara masyarakat dalam mengelola kebersihan. Tidak hanya membersihkan lingkungan secara fisik, tetapi juga membangun sistem pengelolaan yang lebih modern, transparan, dan berkelanjutan.
Pemerintah daerah rencananya akan mengembangkan aplikasi dan sistem informasi pelaporan sampah. Melalui aplikasi atau layanan WhatsApp bot, warga bisa melaporkan titik-titik tumpukan sampah di lingkungannya. Setiap desa nantinya akan memiliki dashboard monitoring yang memudahkan perangkat desa dalam memantau kondisi kebersihan, sekaligus melakukan edukasi digital melalui konten video dan media sosial.
Lebih jauh, Smart Clean Village juga akan dijadikan pilot project digitalisasi bank sampah di Bangka Barat. Masyarakat bisa menabung sampah yang telah dipilah dan menerima poin dalam bentuk saldo di e-wallet bank sampah.
“Masyarakat bisa menabung sampah, melihat saldo poin melalui aplikasi, bahkan bertransaksi di marketplace daur ulang yang menghubungkan masyarakat dengan pengepul maupun industri kreatif berbasis sampah,” jelas Markus.
Gamifikasi dan Insentif
Untuk meningkatkan partisipasi, konsep Smart Clean Village juga akan mengadopsi unsur gamifikasi. Desa, kelompok masyarakat, hingga individu pelopor kebersihan akan diberikan poin, badge, maupun insentif. Cara ini diyakini mampu menumbuhkan semangat kompetisi sehat sekaligus menjaga keberlanjutan program.
“Kita ingin gerakan kebersihan ini lebih partisipatif. Ada reward untuk yang aktif, ada motivasi untuk desa agar tidak hanya bersih sesaat, tetapi terus berinovasi menjaga lingkungannya,” tambah Markus.
Tahun Inisiasi
Tahun 2025 ini ditetapkan sebagai tahun inisiasi Smart Clean Village dengan tema “Gotong Royong Wujudkan Desa Bersih Berkelanjutan.” Program ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat, menjaga kebersihan lingkungan perumahan, area wisata, fasilitas publik, sekaligus memperkuat semangat gotong royong yang selama ini menjadi kekuatan masyarakat Bangka Belitung.
Bupati Markus menekankan pentingnya peran aktif seluruh elemen masyarakat.
“Gotong royong kebersihan harus diintegrasikan dengan gaya hidup sehat. Misalnya, kegiatan bersih-bersih bisa digabung dengan olahraga jalan sehat. Saya bersama camat, kepala desa, lurah, dan seluruh elemen akan turun langsung memimpin dan memantau,” tegasnya.
Peran Media dan Tokoh Masyarakat
Selain pemanfaatan teknologi, Markus menilai bahwa strategi komunikasi juga sangat penting dalam menyukseskan program ini. Menurutnya, sosialisasi kebersihan harus dilakukan secara kreatif, menyentuh hati, dan mengajak masyarakat untuk benar-benar terlibat.
“Sosialisasi bukan sekadar informasi, tapi harus ajakan nyata. Media sosial, spanduk, hingga testimoni tokoh masyarakat harus kita manfaatkan untuk memotivasi partisipasi publik,” katanya.
Dengan adanya dukungan tokoh agama, tokoh adat, hingga komunitas pemuda, Markus optimistis bahwa program Smart Clean Village dapat membangkitkan kesadaran kolektif yang lebih luas.
Menuju Bangka Barat Bermartabat 2030
Bupati Markus menutup sambutannya dengan menegaskan bahwa gerakan kebersihan berbasis digital ini merupakan langkah besar menuju visi Bangka Barat Bermartabat 2030.
“Kegiatan bersih-bersih bersama memperkuat persatuan dan semangat gotong royong. Smart Clean Village adalah tonggak penting untuk membangun desa yang sehat, tangguh, dan berdaya saing. Ini adalah langkah nyata mewujudkan Bangka Barat Bermartabat 2030,” pungkasnya.
Dengan adanya program ini, Kabupaten Bangka Barat diharapkan menjadi pionir dalam pengelolaan sampah berbasis digital di tingkat daerah. Inovasi ini tidak hanya mengatasi persoalan lingkungan, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat desa, sekaligus menjawab tantangan pembangunan berkelanjutan di masa depan. (Zulfikar/KBO Babel)