KBOBABEL.COM (Jakarta) – Demonstrasi besar-besaran di berbagai daerah Indonesia pada periode 25-30 Agustus 2025 telah menimbulkan duka mendalam bagi masyarakat, dengan beberapa korban jiwa yang jatuh akibat kericuhan. Aksi yang mulanya digerakkan oleh keresahan publik terhadap kebijakan tunjangan DPR ini, berkembang menjadi gelombang protes nasional yang berujung pada tragedi kemanusiaan. Selasa (2/9/2025)
Protes tersebut dipicu oleh isu tunjangan anggota DPR sebesar Rp50 juta per bulan yang dianggap tidak adil di tengah kesulitan ekonomi rakyat, serta kematian seorang pengemudi ojek online (ojol) yang memicu kemarahan nasional. Diketahui, aksi ini meluas setelah kematian Affan Kurniawan pada 28 Agustus, yang tewas dilindas kendaraan taktis (rantis) Brimob saat melintas di lokasi demo Jakarta.
Gelombang protes kemudian menyebar ke berbagai kota seperti Makassar, Bandung, Solo, Yogyakarta, dan beberapa daerah lainnya. Kericuhan ini tidak hanya merusak fasilitas publik seperti gedung DPRD yang dibakar di Makassar, Bandung, dan Solo, tetapi juga memakan korban jiwa.
Di Yogyakarta, aksi hampir berujung pembakaran Gedung DPRD DIY, namun berhasil diredam oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X melalui dialog di Mapolda DIY dan depan Gedung DPRD pada 30 Agustus 2025. Upaya ini mencegah jatuhnya lebih banyak korban di Yogyakarta, meski tetap menyisakan luka mendalam karena adanya korban jiwa dari bentrokan di sekitar Polda DIY.
Tragedi ini menjadi pengingat akan risiko demonstrasi Agustus 2025 yang berujung kekerasan, di mana korban jiwa demonstrasi 25-31 Agustus 2025 mencapai 7 orang.
Berikut adalah daftar korban jiwa demonstrasi Agustus 2025 di berbagai kota, dihimpun dari sejumlah media hingga 1 September 2025:
-
Affan Kurniawan (21 tahun)
Lokasi: Jakarta, tepatnya di depan Rumah Susun Bendungan Hilir II, Pejompongan.
Tanggal: 28 Agustus 2025.
Kronologi: Meninggal dunia setelah tertabrak dan terlindas kendaraan taktis (rantis) Brimob saat aksi berlangsung di depan Gedung DPR RI. Affan yang berprofesi sebagai pengemudi ojek online sedang mengantar pesanan makanan dan tidak ikut dalam demonstrasi. Ia sempat dilarikan ke RSCM, namun nyawanya tidak dapat diselamatkan.
Dampak: Peristiwa ini memicu tagar #JusticeForAffan di media sosial serta gelombang solidaritas nasional, termasuk aksi pembakaran gedung DPRD di sejumlah daerah. -
Muh Akbar Basri (Abay, 26 tahun)
Lokasi: Gedung DPRD Sulawesi Selatan, Makassar.
Tanggal: 29 Agustus 2025.
Kronologi: Tewas karena terjebak dalam kebakaran Gedung DPRD Sulsel yang dibakar oleh massa. Abay diketahui bekerja sebagai staf Humas DPRD Makassar. -
Syahrina Wati (25 tahun)
Lokasi: Gedung DPRD Sulawesi Selatan, Makassar.
Tanggal: 29 Agustus 2025.
Kronologi: Meninggal dunia setelah ikut terjebak dalam kebakaran gedung DPRD. Syahrina merupakan staf Fraksi PDIP di DPRD Sulsel. -
Muh Saiful Akbar
Lokasi: Gedung DPRD Sulawesi Selatan, Makassar.
Tanggal: 29 Agustus 2025.
Kronologi: Tewas setelah melompat dari lantai empat gedung DPRD yang terbakar saat berusaha menyelamatkan diri. Ia diketahui menjabat sebagai pejabat di Kecamatan Ujung Tanah. -
Rusdamdiansyah
Lokasi: Depan Kampus Universitas Muslim Indonesia (UMI), Makassar.
Tanggal: 29 Agustus 2025.
Kronologi: Meninggal akibat dianiaya massa ketika kericuhan pecah. Rusdamdiansyah adalah warga sekitar yang kebetulan melintas dan diduga disangka sebagai intel. -
Rheza Sendy Pratama (21 tahun)
Lokasi: Yogyakarta, sekitar Polda DIY.
Tanggal: 31 Agustus 2025.
Kronologi: Ditemukan tewas dengan kondisi tubuh babak belur setelah diduga terlibat bentrokan dengan aparat. Pihak keluarga mengaku diminta menandatangani surat yang menyatakan bahwa kematiannya merupakan “murni musibah.” -
Sumari (45 tahun)
Lokasi: Solo, depan Gedung DPRD Kota Solo.
Tanggal: 29 Agustus 2025.
Kronologi: Meninggal dunia karena luka serius setelah terjebak dalam kericuhan saat massa membakar Gedung DPRD Solo. Sumari yang berprofesi sebagai tukang becak diduga sedang mencari penumpang di lokasi. Ia sempat dibawa ke RSUD Moewardi Solo, namun tidak berhasil diselamatkan.
Kematian korban jiwa demonstrasi 25-30 Agustus 2025 tidak hanya meninggalkan duka bagi keluarga, tetapi juga memperburuk citra penegakan hukum di Indonesia. Bagi sebagian pihak, jatuhnya korban dari kalangan masyarakat sipil, terutama pekerja informal seperti pengemudi ojol dan tukang becak, menjadi simbol ketidakadilan yang dialami rakyat kecil ketika berhadapan dengan aparat negara maupun situasi anarkis dalam demonstrasi.
Di Makassar, kerugian akibat pembakaran gedung DPRD mencapai Rp253 miliar, sementara di Solo dan Bandung, aksi anarkis merusak fasilitas publik hingga melumpuhkan aktivitas pemerintahan daerah. Dengan empat korban jiwa tercatat di Makassar, kota tersebut menjadi lokasi dengan jumlah korban terbanyak dalam rangkaian aksi ini.
Gelombang protes 25-30 Agustus 2025 menunjukkan bagaimana kebijakan yang dianggap tidak pro rakyat, ditambah dengan tragedi kematian seorang warga sipil, mampu menyulut kemarahan luas di berbagai daerah. Situasi ini juga memperlihatkan rapuhnya mekanisme komunikasi antara pemerintah dengan masyarakat.
Hingga kini, desakan agar pemerintah dan aparat bertanggung jawab atas jatuhnya korban jiwa terus bergema. Tagar #JusticeForAffan masih ramai di media sosial, menjadi simbol perlawanan masyarakat terhadap apa yang mereka anggap sebagai bentuk ketidakadilan.
Total korban jiwa demonstrasi buruh Agustus 2025 mencapai tujuh orang, dengan empat di Makassar sebagai yang terbanyak. Peristiwa ini menjadi catatan kelam dalam sejarah demokrasi Indonesia, sekaligus peringatan bahwa aspirasi rakyat yang tidak ditangani dengan bijak bisa berujung pada tragedi besar. (Sumber: Koranbabelpos.id, Editor: KBO Babel)