KBOBABEL.COM (JAKARTA) – Kasus kematian diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Arya Daru Pangayunan (39), kembali menjadi sorotan publik setelah beredarnya hasil autopsi yang disebut berasal dari National Security Agency (NSA). Dalam hasil tersebut, kematian Arya disebut bukan karena bunuh diri, melainkan dibunuh. Sabtu (26/7/2025)
Informasi tersebut dengan cepat beredar luas di media sosial dan menimbulkan tanda tanya besar terhadap hasil penyelidikan resmi yang dilakukan pihak kepolisian Indonesia. Namun, Polda Metro Jaya langsung menanggapi beredarnya hasil autopsi tersebut dengan meminta publik untuk tidak berspekulasi.
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Ade Ary Syam Indradi mengatakan bahwa informasi terkait hasil autopsi dari NSA bukan berasal dari kepolisian dan belum tentu valid.
“Yang menyampaikan itu siapa? Silakan ditanyakan kepada pihak yang menyampaikan,” kata Ade Ary kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Kamis (24/7/2025).
Ade menegaskan bahwa semua fakta-fakta yang ditemukan sedang dikumpulkan. Setelah seluruh proses pemeriksaan selesai dilakukan, barulah kesimpulan bisa ditarik secara menyeluruh.
“Ada beberapa ahli yang dilibatkan, beberapa hasilnya sudah ada di tangan penyelidik,” ujar Ade Ary.
Terkait informasi yang menyebut kematian Arya Daru adalah pembunuhan, bukan bunuh diri, Ade Ary tidak secara langsung menyebutnya sebagai hoaks. Ia menyatakan bahwa pihaknya tetap akan menelusuri segala informasi sebagai bagian dari analisis dalam penyelidikan.
“Saya tidak bisa menyebut (hoaks) ya, atau tidak bisa mengomentari, yang jelas itu akan menjadi bagian yang didalami oleh penyelidik. Kami imbau masyarakat agar bijak dalam bermedia sosial dan berhati-hati dalam menyikapi informasi,” ujarnya.
Lebih lanjut, Ade Ary menegaskan bahwa proses penyelidikan masih terus berlangsung dan melibatkan berbagai ahli dari beragam disiplin ilmu. Menurutnya, hasil penyelidikan nantinya akan disampaikan secara utuh dan dapat dipertanggungjawabkan.
“Beberapa hasil pemeriksaan dari para ahli memang sudah kami terima, namun masih ada yang belum. Setelah semuanya lengkap, akan kami sampaikan secara utuh. Setiap ahli akan diminta menjelaskan hasil pemeriksaannya sesuai kompetensinya,” jelasnya.
Ia menekankan bahwa penyelidikan dilakukan dengan pendekatan berbasis ilmiah atau scientific crime investigation.
“Kami tetap berpegang pada prinsip pengungkapan berbasis ilmiah, dengan melibatkan berbagai ahli, pengumpulan fakta yang komprehensif, serta metode pembuktian yang ketat dan hati-hati. Semua ini dilakukan agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan,” tegas Ade Ary.
Jejak Terakhir Arya Daru
Berdasarkan rekaman CCTV yang berhasil diamankan penyidik, diketahui bahwa Arya sempat kembali ke kantor Kemlu di Jalan Pejambon, Jakarta Pusat, sekitar pukul 21.00 WIB pada Senin (7/7/2025). Setelah sebelumnya pulang kerja dan berbelanja, Arya terlihat masuk kembali ke gedung tempatnya bekerja.
Ia sempat membeli dasi dan celana dalam di sebuah pusat perbelanjaan dan berkomunikasi dengan istrinya, Meta Ayu. Setelah itu, Arya kembali ke kantor Kemlu dan terlihat naik ke rooftop gedung lantai 16.
Dalam rekaman CCTV yang berhasil diperiksa, Arya Daru tampak berada di rooftop. Ia berdiri di dekat pembatas dinding, menaruh tangan di atasnya, melihat ke bawah, bahkan sempat mengangkat bahu. Arya hanya sebentar berada di lokasi tersebut, lalu turun kembali dan meninggalkan gedung tanpa membawa kantong belanja maupun tas ranselnya.
Di tengah gerimis, Arya diketahui naik taksi untuk kembali ke indekosnya. Setibanya di indekos, ia langsung masuk ke kamar. Namun, sekitar pukul 23.25 WIB, ia kembali keluar kamar membawa kantong plastik hitam dan membuangnya ke ujung lorong kos. Arya terekam mengenakan kemeja dan celana panjang hitam. Setelah membuang plastik tersebut, ia masuk kembali ke kamar dan tidak terlihat lagi hingga ditemukan tewas.
20 Titik CCTV dan Forensik Digital Ditelusuri
Penyelidikan terus dikembangkan dengan pendalaman rekaman dari 20 titik CCTV, baik di lingkungan kos, tempat-tempat yang dikunjungi korban, hingga tempat kerja korban.
“CCTV setidaknya telah ambil rekaman 20 titik CCTV. Dimulai dari circle terkecil yakni lingkungan kos dan beberapa tempat yang pernah dikunjungi korban sampai 7 hari terakhir dan lokasi-lokasi lain, termasuk tempat kerja korban,” kata Ade Ary.
Tim digital forensik dari Direktorat Siber Polda Metro Jaya juga dilibatkan dalam analisis, serta tim ahli psikologi forensik dari APSIFOR untuk mendalami latar belakang dan kondisi psikologis Arya Daru.
“Kami juga lakukan pendalaman latar belakang korban dengan melibatkan Tim Ahli Psikologi Forensik dari APSIFOR,” sambung Ade Ary.
Dugaan Sosok Lain dan Isi Plastik Hitam
Sementara itu, beredar pula spekulasi mengenai adanya orang lain di dalam kamar Arya sebelum kematiannya. Ada dugaan bahwa isi dari kantong plastik hitam yang dibuang Arya berisi alat kontrasepsi dan obat vitalitas pria, memunculkan dugaan adanya hubungan asmara di luar pernikahan.
Mantan Kabareskrim Polri, Komjen Pol (Purn) Ito Sumardi menanggapi hal tersebut sebagai indikasi yang harus diperiksa lebih lanjut.
“Satu hal yang menurut saya janggal, katanya istrinya korban meminta tolong penjaga kos untuk memberitahu (korban), karena ditelepon tidak ada. Logikanya kalau saya diminta tolong saya ketuk dong, ‘Mas, ibu telepon kok gak diangkat teleponnya?’. Jawaban dia (penjaga kos) kepada istrinya apa? ‘Bu saya gak berani ngetuk tempatnya bapak’,” kata Ito di acara Diskursus Net.
Ia menyarankan agar penyidik menelusuri isi komunikasi dari ponsel korban untuk menghindari spekulasi.
“Makanya pentingnya menelusuri rekam pembicaraan baik incoming atau outgoing call dari siapa saja, kalau perlu diambil selama satu bulan ke belakang. Supaya spekulasi yang bersangkutan karena tugasnya mendapat ancaman kita cari di sana, kalau gak itu menjadi kesimpulan,” ujarnya.
“Hubungan asmara yang bersangkutan dengan istrinya, dari rekaman di HP akan bisa diketahui saat yang bersangkutan punya hobi menonton film dewasa. Kedua, apa ada orang lain yang dimungkinkan wanita lain,” tambahnya.
Terkait dugaan alat kontrasepsi dan obat kuat, Ito menyebut hal tersebut bisa menjadi salah satu penyebab Arya merasa bersalah.
“Kalau alat kontrasepsi dalam pemahaman saya ada rasa bersalah pada keluarganya, bisa saja itu menjadi salah satu penyebab. Makanya itu nanti dikaitkan dengan dari psikologi forensik, seksologi, itu akan bisa menjawab salah satu motif kalau almarhum bunuh diri,” ucapnya.
“Kalau memang ada itu, bisa saja ada wanita lain di kamar itu. Banyak kejadian seorang perempuan yang berhubungan, laki-lakinya dibunuh. Bisa saja kan. Kita gak tahu, kenapa ini menjadi sulit karena sudut CCTV saat itu berada pada posisi blind spot. Kecuali kita punya CCTV lagi di-macth-kan waktunya saat dia keluar masuk, sampai selesai gak ada orang masuk,” lanjutnya.
Kompolnas: Tidak Ada Orang Lain di Kamar Arya
Namun, pernyataan Ito tersebut dibantah oleh Ketua Harian Kompolnas, Irjen Pol (Purn) Arief Wicaksono Sudiotomo. Menurutnya, dari hasil investigasi tidak ditemukan adanya orang lain di dalam kamar korban selain Arya Daru.
“Fakta yang didapatkan, sudah jelas tidak ada orang yang masuk ke dalam kamar setelah almarhum pukul 23.23 habis buang sampah, masuk,” tegas Arief.
Ia menambahkan bahwa kamar Arya dikunci dari dalam dan baru dibuka keesokan harinya oleh penjaga kos, yang membenarkan bahwa pintu dalam kondisi terkunci.
“Kemudian dibuka pagi-pagi oleh penjaga kosan, itu memang kamar dikunci, diselot dari dalam. Tidak ada sama sekali keberadaan pihak lain,” katanya.
Tak hanya itu, hasil olah tempat kejadian perkara menunjukkan bahwa tidak ada sidik jari atau DNA lain yang ditemukan selain milik Arya.
“Hasil olah TKP tidak ditemukan sidik jari lain atau fingerprint selain almarhum. Termasuk pemeriksaan DNA di situ, yaitu semua identik dengan almarhum,” ungkapnya.
Menanggapi soal isi kantong plastik hitam yang dibuang Arya, Arief menyebut isinya hanyalah sisa makanan.
“Jadi ada bekas sisa bungkus makanan, karena sebelum masuk menjelang pukul 22.22 WIB, almarhum sempat beli makanan online, dan sempat disantap sebelum masuk ke kamar,” ujarnya.
Ia juga mengonfirmasi adanya beberapa barang belanjaan dan struk yang ditemukan, namun tidak ada yang mencurigakan.
“Kemudian ada struk hasil pembelian, ada dua kami lihat. Ada beberapa barang yang mungkin bisa dijelaskan oleh penyidik,” tandasnya.
Polda Metro Jaya terus melanjutkan proses penyelidikan terhadap kematian Arya Daru Pangayunan dengan menggandeng para ahli di berbagai bidang.
Seluruh hasil penyelidikan akan disampaikan setelah semua bukti dan keterangan terkumpul, termasuk dari forensik digital, psikologi, dan analisis laboratorium. Polisi memastikan pengungkapan kasus ini akan dilakukan secara transparan dan berbasis data ilmiah. (Sumber: Tribunnews.com/Bangkapos.com, Editor: KBO Babel)