KBOBABEL.COM (PANGKALPINANG) – Insiden kecelakaan tambang di perairan Tanjung Bunga, Kelurahan Temberan, Kecamatan Bukit Intan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel), Kamis (25/9/2025) pukul 09.45 WIB, menelan korban jiwa seorang pekerja tambang. Namun, insiden ini justru memunculkan kontroversi karena diduga sengaja ditutup-tutupi oleh pihak terkait. Kamis (2/10/2025)
Berdasarkan informasi yang dihimpun, korban diduga bekerja di salah satu Ponton Isap Produksi (PIP) yang beroperasi di wilayah izin usaha pertambangan milik PT Timah Tbk. Kabar meninggalnya korban awalnya terpublikasi melalui pemberitaan sejumlah media lokal. Namun, tak lama setelah berita tersebut beredar, perwakilan PT Timah disebut meminta agar pemberitaan dihentikan.
Permintaan Penghentian Publikasi
Seorang perwakilan PT Timah berinisial YZ menghubungi wartawan yang menulis berita tersebut pada Sabtu (27/9/2025) malam. Ia meminta agar insiden itu tidak lagi dipublikasikan lebih lanjut dan berjanji akan memberikan penjelasan pada hari Senin.
“Jangan lagi diberitakan dulu, nanti hari Senin kita ketemu,” ujar YZ kepada salah satu wartawan.
Saat pertemuan dilakukan, YZ mengakui bahwa PIP tempat korban bekerja memang merupakan mitra PT Timah. Ia menegaskan, secara hukum, tanggung jawab kegiatan tambang berada di bawah izin usaha pertambangan milik PT Timah.
“PIP itu mitra kami dan bekerja di IUP PT Timah. Jadi terkait insiden ini, tetap menjadi tanggung jawab PT Timah selaku pemilik izin,” ungkap YZ.
Namun, YZ terlihat enggan memberikan keterangan detail kepada wartawan. Ia justru terkesan keberatan jika insiden ini terus diberitakan. Sikap ini memunculkan spekulasi di masyarakat bahwa ada upaya menutup-nutupi kasus tersebut.
Polemik dan Pertanyaan Publik
Masyarakat yang mengetahui kejadian ini mulai mempertanyakan transparansi PT Timah. Mengapa sebuah insiden yang merenggut nyawa justru seperti disembunyikan dari publik?
“Kalau benar terjadi kecelakaan, kenapa harus ditutup-tutupi? Justru ini menimbulkan pertanyaan, apa yang sedang disembunyikan,” ujar salah seorang warga Pangkalpinang, Minggu (28/9/2025).
Tragedi ini juga mengingatkan publik pada berbagai kasus serupa sebelumnya, di mana kecelakaan tambang seringkali tidak tertangani secara terbuka. Lemahnya pengawasan terhadap aktivitas PIP disebut sebagai salah satu penyebab tingginya risiko kecelakaan di sektor pertambangan timah.
Tanggung Jawab Mitra dan PT Timah
Berdasarkan informasi sementara, korban diduga bekerja di bawah naungan sebuah perusahaan kontraktor, CV RMS, yang menjadi mitra kerja PT Timah dalam pengelolaan PIP. Namun, hingga kini pemilik CV RMS belum memberikan pernyataan resmi.
Media masih berupaya menghubungi pihak perusahaan untuk meminta keterangan. Publik menuntut kejelasan mengenai tanggung jawab mereka terhadap korban, termasuk kompensasi dan tindak lanjut hukum.
“Seharusnya perusahaan kontraktor maupun PT Timah bertanggung jawab penuh. Ini bukan hanya soal bisnis, tapi nyawa manusia,” kata salah seorang aktivis lingkungan di Babel.
Proses Hukum Ditunggu
Sementara itu, tim media juga berusaha mendapatkan keterangan dari Ditpolairud Polda Kepulauan Babel terkait proses hukum atas insiden ini. Hingga berita ini diturunkan, pihak kepolisian belum memberikan penjelasan resmi.
Masyarakat berharap aparat penegak hukum tidak tinggal diam dan segera menindaklanjuti kasus ini. Apalagi, insiden tambang ilegal maupun kecelakaan kerja di sektor timah sudah berulang kali menelan korban jiwa.
“Kalau dibiarkan, ini bisa jadi preseden buruk. Jangan sampai nyawa pekerja tambang dianggap murah. Harus ada proses hukum yang jelas,” tambah aktivis tersebut.
Sorotan Publik Terhadap PT Timah
Sebagai perusahaan BUMN yang memegang kendali penuh atas pengelolaan pertambangan timah di Babel, PT Timah dituntut bersikap transparan dan akuntabel. Upaya meminta penghentian publikasi berita justru menambah citra buruk dan kecurigaan publik.
Kasus ini juga menambah daftar panjang persoalan tata kelola pertambangan timah di Babel, yang belakangan sering menjadi sorotan nasional akibat maraknya praktik ilegal, lemahnya pengawasan, serta tingginya angka kecelakaan kerja.
Publik mendesak agar insiden di Tanjung Bunga tidak hanya berhenti pada pemberitaan, tetapi diusut tuntas demi keadilan korban dan keluarganya.
Tragedi kecelakaan tambang yang merenggut nyawa di perairan Tanjung Bunga menjadi cerminan rapuhnya pengawasan tambang di Babel. Dugaan adanya upaya menutup-nutupi kasus ini semakin menambah keresahan masyarakat. Kini, semua pihak menunggu langkah tegas aparat hukum serta tanggung jawab nyata PT Timah dan mitra kerjanya. (Sumber : Buser 24jam, Editor : KBO Babel)