KBOBABEL.COM (JAKARTA) — Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyampaikan keprihatinan mendalam terhadap maraknya kasus keracunan makanan pada anak sekolah yang terjadi dalam program Makanan Bergizi Gratis (MBG) di berbagai daerah. Program pemerintah yang sejatinya bertujuan meningkatkan status gizi dan kesehatan anak Indonesia ini, justru menimbulkan masalah baru dengan adanya ribuan kasus keracunan yang berulang dalam beberapa pekan terakhir. Sabtu (27/9/2025)
Dalam surat terbuka yang ditujukan kepada Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), IDAI menekankan bahwa keselamatan anak adalah prioritas utama yang tidak boleh dikompromikan. Ketua Umum IDAI, Dr. dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A(K), dan Sekretaris Umum IDAI, Dr. A.S. dr. Hikari Amber Supplies, Sp.A(K), menyatakan bahwa keracunan makanan yang dialami anak-anak sekolah merupakan ancaman serius bagi masa depan bangsa.
“Bagi kami, jangankan ribuan, seorang anak saja yang mengalami keracunan merupakan bencana besar, karena mereka adalah masa depan bangsa yang harus dijaga keselamatan dan kesehatannya,” tegas IDAI dalam surat terbuka yang diterbitkan pada Jumat (26/9/2025).
Lima Poin Penegasan IDAI
IDAI dalam suratnya menyampaikan lima poin penting yang harus menjadi perhatian BGN dalam pelaksanaan program MBG.
Pertama, keselamatan anak harus menjadi prioritas utama. Anak, balita, dan ibu hamil merupakan kelompok rentan yang wajib dilindungi dari risiko keracunan makanan.
Kedua, keamanan pangan harus diutamakan. IDAI menegaskan bahwa seluruh proses penyediaan, pengolahan, penyimpanan, hingga distribusi makanan wajib mengikuti standar keamanan pangan (food safety) untuk mencegah kontaminasi.
Ketiga, kualitas gizi harus dijamin. Menu MBG seyogyanya disusun oleh ahli gizi anak dengan mempertimbangkan kebutuhan nutrisi yang sesuai untuk mendukung tumbuh kembang optimal.
Keempat, pengawasan harus diperketat. Menurut IDAI, Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) beserta perangkatnya harus memiliki sertifikasi dan secara rutin diawasi serta dievaluasi oleh BGN.
Kelima, perlu disiapkan prosedur mitigasi jika terjadi keracunan. Prosedur ini harus melibatkan pemerintah, sekolah, dokter spesialis anak, tenaga kesehatan, dan masyarakat. Selain itu, pemberdayaan layanan aduan masyarakat sangat diperlukan agar setiap masalah dapat segera diatasi.
Ajakan Kerja Sama
IDAI menegaskan kesiapannya bekerja sama dengan pemerintah, sekolah, dan masyarakat dalam memastikan program MBG benar-benar memberikan manfaat nyata bagi kesehatan anak. Kolaborasi ini dianggap penting agar tujuan utama program tidak bergeser dari misi awal, yakni meningkatkan gizi sekaligus melindungi keselamatan generasi muda Indonesia.
“IDAI siap bekerja sama dengan pemerintah, sekolah, dan masyarakat untuk memastikan MBG benar-benar memberikan manfaat kesehatan, gizi, dan masa depan yang lebih baik bagi anak Indonesia. Kami menyerukan: STOP KERACUNAN PADA MBG!” tulis IDAI dalam pernyataannya.
Latar Belakang Kasus
Dalam sepekan terakhir, ribuan siswa di sejumlah daerah dilaporkan mengalami keracunan setelah mengonsumsi makanan dari program MBG. Data Badan Gizi Nasional mencatat per 22 September 2025, sedikitnya 4.711 anak menjadi korban. Kasus-kasus ini menimbulkan keresahan di tengah masyarakat, terutama orang tua yang khawatir keselamatan anak mereka terancam.
Sejumlah pemerhati kesehatan menilai, kasus keracunan massal ini terjadi akibat lemahnya pengawasan serta kurangnya standar keamanan dalam rantai distribusi makanan. Keterlibatan pihak ketiga dalam pengadaan juga disebut berkontribusi terhadap menurunnya kualitas makanan yang disajikan.
Desakan Perbaikan Sistem
Surat terbuka dari IDAI ini menjadi sinyal kuat bahwa dunia medis memandang serius persoalan MBG. Desakan untuk memperbaiki sistem pengadaan, penyimpanan, hingga distribusi makanan menjadi sorotan utama agar kasus serupa tidak terulang.
Pemerintah melalui BGN diharapkan segera menindaklanjuti masukan dari IDAI dengan memperketat standar keamanan pangan dan meningkatkan keterlibatan ahli gizi serta tenaga kesehatan anak dalam perencanaan menu.
Selain itu, peran sekolah dan masyarakat juga dinilai penting. Kepala sekolah bersama komite sekolah harus ikut mengawasi kualitas makanan yang diberikan kepada siswa. Begitu pula masyarakat, terutama orang tua, perlu aktif menyampaikan laporan jika menemukan masalah pada penyelenggaraan MBG.
Menjaga Masa Depan Anak
Bagi IDAI, keracunan makanan pada anak sekolah bukan sekadar masalah teknis, melainkan ancaman serius terhadap masa depan bangsa. Anak-anak yang seharusnya menerima manfaat dari program pemerintah, justru menjadi korban.
Dengan tegas, IDAI menutup surat terbuka ini dengan seruan: “STOP KERACUNAN PADA MBG!” — sebuah pesan keras yang menegaskan pentingnya keselamatan anak sebagai prioritas utama dalam setiap kebijakan dan program pemerintah. (Sumber : Pengurus Pusat IDAI, Editor : KBO Babel)