KBOBABEL.COM (PANGKALPINANG) – Upaya pelestarian ekosistem laut yang dilakukan PT Timah Tbk dalam beberapa tahun terakhir semakin intensif. Tidak hanya melakukan reklamasi laut, emiten dengan kode TINS ini juga menginisiasi penenggelaman coral garden atau taman karang buatan sebagai bagian dari program corporate social responsibility (CSR) dan pengelolaan lingkungan berkelanjutan. Jumat (8/8/2025)
Langkah ini tidak hanya berfokus pada pemulihan ekosistem bawah laut, tetapi juga mendorong keanekaragaman hayati, memperkuat ekonomi masyarakat pesisir, dan mengembangkan wisata bahari. Inisiatif ini selaras dengan implementasi prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) yang dijalankan perusahaan.
Terbaru, PT Timah kembali menenggelamkan 15 unit coral garden di Perairan Pulau Putri, Desa Penyusuk, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, pada Rabu (30/7/2025). Kegiatan tersebut turut disaksikan para investor dari Stockbit Sekuritas yang sedang melakukan site visit ke PT Timah. Mereka juga berkesempatan menyelam dan melihat langsung hasil coral garden yang telah ditanam sebelumnya di kawasan tersebut.
Coral garden merupakan struktur buatan yang dirancang untuk menjadi habitat baru bagi karang dan biota laut. Dalam penenggelaman kali ini, PT Timah menggunakan kombinasi struktur beton dan besi untuk merangsang pertumbuhan karang.
Proses penenggelaman dilakukan dengan melibatkan kelompok nelayan serta Yayasan Sayang Babel Kite. Kolaborasi ini menjadi bagian dari upaya pemberdayaan masyarakat lokal, mulai dari tahap pembuatan, penenggelaman, hingga pemantauan.
Di Pulau Putri, program ini telah berkelanjutan. Beberapa coral garden yang ditanam sejak beberapa tahun lalu telah berkembang menjadi karang alami. Keberadaannya memberi manfaat nyata bagi nelayan dan turut mendukung pariwisata bawah laut di kawasan tersebut.
Selain coral garden, PT Timah bersama Yayasan Sayang Babel Kite juga mengembangkan kebun karang. Dengan demikian, saat akan menenggelamkan coral garden atau artificial reef lain, tidak perlu mengambil patahan karang dari alam.
Ketua Yayasan Sayang Babel Kite, Indra Ambalika Syari, menjelaskan bahwa coral garden yang ditanam PT Timah sejak 2019 telah berkembang menjadi habitat alami. Ia menyebut indeks keanekaragaman biota di kawasan tersebut telah mencapai angka 1,5.
“Coral garden yang ditenggelamkan awalnya masih buatan tapi sekarang sudah menjadi habitat alami dan sudah menjadi habitat baru. Harapannya bisa mempercepat laju restorasi untuk memperbaiki ekosistem pesisir,” katanya.
“Kita di Pulau Putri ini sudah ada kebun pembibitan sendiri, tidak perlu lagi mengambil patahan karang dari karang alam. Dan PT Timah juga melibatkan masyarakat lokal mulai dari pembuatan, penenggelaman, dan monitoring,” sambungnya.
Ia menambahkan, artificial reef seperti coral garden berperan penting untuk merangsang habitat alami, yang diharapkan dapat mempercepat laju rehabilitasi ekosistem yang telah rusak.
“Diharapkan nantinya ikan karang yang menempel di artificial menjadi sumber indukan yang nantinya berpindah ke ekosistem yang sudah rusak agar dapat membantu proses pemulihannya dan bisa mempercepat proses rehabilitasi laut,” ujar Dosen Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Bangka Belitung ini.
Manfaat program ini juga dirasakan langsung oleh masyarakat. Ramadan, salah satu nelayan di Penyusuk, mengaku keberadaan coral garden membuat mereka bisa melaut lebih dekat dengan hasil tangkapan yang lebih baik.
“Yang paling dirasakan itu kita tidak perlu jauh-jauh lagi melaut, karena coral garden ini ditenggelamkan hanya sekitar 1 mil dari laut. Ikan-ikannya juga banyak seperti kakap merah. Kita juga jadi menghemat biaya BBM,” ucapnya.
Sebagai pelaku wisata, Ramadan juga memanfaatkan keberadaan coral garden untuk menarik wisatawan.
“Saya biasanya juga bawa tamu ke Pulau dari Pantai Penyusuk ini, dengan ada spot coral garden kita jadi bisa menunjukkan ke wisatawan spot mana yang bagus untuk mereka snorkling, jadi bisa lihat ikan-ikan. Semoga nanti program ini bisa berlanjut sehingga semakin banyak titik coral gardennya,” harapnya.
Kesan positif juga datang dari pihak luar. Salah satu investor ritel yang hadir, Thomas Wiliam Simaradjo, menilai kegiatan ini mencerminkan komitmen PT Timah dalam pengelolaan lingkungan berkelanjutan.
“PT Timah sangat baik dalam melakukan pengelolaan lingkungan melalui reklamasi. Kemarin kami diperlihatkan tentang lahan bekas tambang yang diolah menjadi taman yang indah. Saat teman-teman diving tadi kami juga ditunjukan bagaimana proses dan hasil reklamasi laut PT Timah. Jadi menurut saya PT Timah tidak hanya mementingkan bagaimana mencari keuntungan dari sisi operasional bisnis, tetapi juga sangat peduli terhadap lingkungan,” katanya.
“Kalau misalkan banyak yang bilang penambangan timah merusam lingkungan itu mungkin kebanyakan yang ilegal. Tapi kalau yang legal terbukti PT Timah sangat peduli dengan keberlanjutan lingkungan,” sambungnya.
Departement Head Corporate Communication PT Timah, Anggi Siahaan, menegaskan bahwa pengelolaan lingkungan yang dilakukan perusahaan tidak hanya berfokus pada aspek pelestarian, tetapi juga diintegrasikan dengan pemberdayaan masyarakat.
“Program pengelolaan lingkungan dilaksanakan secara berkelanjutan dan diintegrasikan dengan pemberdayaan masyarakat lokal. Coral garden diharapkan tidak hanya mempercepat rehabilitasi laut, tapi juga memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat pesisir dan juga mendukung wisata bahari,” ucap Anggi.
Dengan program seperti ini, PT Timah tidak hanya berkontribusi pada pemulihan ekosistem laut, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi dan sosial bagi masyarakat sekitar. Coral garden menjadi simbol kolaborasi antara industri, komunitas lokal, dan pihak akademisi dalam merawat laut untuk masa depan yang lebih berkelanjutan. (Sumber: PT Timah Tbk, Editor: KBO Babel)