PT Timah Dorong Restorasi Laut Lewat Artificial Reef, Nelayan Panen Ikan Dekat Pantai

Dukung Ekonomi dan Ekologi, PT Timah Tanam Ribuan Artificial Reef di Perairan Babel dan Kepri

Daerah, PT Timah Tbk84 Dilihat
banner 468x60
Advertisements

KBOBABEL.COM (PANGKALPINANG) — Laut merupakan salah satu ekosistem terpenting di bumi yang menyediakan sumber daya alam, mengatur iklim global, dan menjadi rumah bagi keanekaragaman hayati. Dalam menjaga keberlanjutan ekosistem ini, PT Timah Tbk menunjukkan komitmennya melalui program reklamasi laut yang dijalankan secara konsisten dan berkelanjutan. Rabu (2/7/2025)

Anggota Holding Industri Pertambangan Indonesia MIND ID ini melaksanakan berbagai program pelestarian lingkungan laut sebagai bagian dari tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan, terutama di wilayah operasionalnya, yakni Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Provinsi Kepulauan Riau.

banner 336x280

Program reklamasi laut yang dijalankan meliputi berbagai bentuk kegiatan, antara lain penenggelaman artificial reef (terumbu buatan), penanaman mangrove, restocking biota laut seperti cumi dan kepiting bakau, pemantauan kualitas air laut, hingga pemasangan penahan abrasi di kawasan pesisir.

Dalam kurun waktu 2016 hingga 2024, PT Timah mencatat sejumlah capaian konkret. Di wilayah Bangka Belitung, perusahaan telah menenggelamkan sebanyak 7.680 unit artificial reef, 1.475 unit transplantasi karang, dan 3.105 fish shelter. Selain itu, PT Timah juga merestocking sekitar 40.435 ekor cumi ke perairan Bangka Belitung untuk menjaga populasi biota laut.

Sementara itu, di Provinsi Kepulauan Riau, kegiatan reklamasi mencakup pemasangan penahan abrasi sepanjang 2.360 meter, penanaman mangrove seluas 12,81 hektare, serta restocking 3.800 ekor kepiting bakau pada rentang tahun 2017 hingga 2024.

Dalam pelaksanaannya, PT Timah tidak bekerja sendiri. Perusahaan menggandeng berbagai pihak, mulai dari kelompok nelayan, pemerintah daerah, Yayasan Sayang Babel Kite, hingga organisasi penyelam POSSI Bangka Belitung. Kolaborasi ini menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam menjalankan program reklamasi laut secara efektif dan berdampak nyata.

Ketua Yayasan Sayang Babel Kite, Indra Ambalika Syari, menuturkan bahwa pihaknya telah menjalin kerja sama dengan PT Timah sejak tahun 2017. Berbagai kegiatan telah dilaksanakan bersama, seperti transplantasi karang, coral garden, fish shelter, atraktor cumi, restocking cumi, monitoring terumbu karang, mangrove, hingga pemantauan biota laut di Pulau Bangka.

“Reklamasi laut yang dilakukan oleh PT Timah telah menjadi program pertama diterapkan di Indonesia. Program ini menunjukkan bahwa reklamasi laut menjadi kewajiban yang sudah layak diterapkan dalam dunia pertambangan. Dari kegiatan ini menjadi bahan pembelajaran berharga untuk diterapkan pada skala nasional,” kata Dosen Ilmu Kelautan Universitas Bangka Belitung tersebut.

Menurut Indra, aktivitas penambangan yang berdampak pada penurunan kualitas perairan laut dan gangguan biota laut harus tetap diimbangi dengan program reklamasi laut, meskipun kegiatan tambang dilakukan di daratan. Hal ini menjadi upaya penting untuk menjaga dan merestorasi ekosistem laut secara menyeluruh.

Lebih lanjut, Indra menjelaskan bahwa artificial reef yang ditenggelamkan PT Timah terbukti mampu menjadi habitat baru bagi berbagai biota laut. Lokasi penenggelaman artificial reef bahkan telah berkembang menjadi fishing ground atau titik tangkap baru bagi para nelayan, dan juga memiliki potensi besar dikembangkan menjadi destinasi wisata bahari seperti diving dan memancing.

“PT Timah telah menjadi perusahaan yang aktif merestorasi ekosistem laut dengan melakukan program reklamasi laut. Secara umum kegiatan ini telah meningkatkan nilai dari ekosistem laut sehingga lebih dapat bermanfaat untuk masyarakat,” ujarnya.

Ia menambahkan, dari hasil monitoring yang dilakukan oleh tim mereka, artificial reef, coral garden, fish shelter, atraktor cumi, dan rumpon yang telah ditanam menunjukkan hasil positif. Kawasan tersebut kini sangat potensial untuk dikembangkan lebih lanjut menjadi wisata bahari dan perikanan tangkap yang berkelanjutan.

Manfaat dari program ini juga dirasakan langsung oleh para nelayan. Salah satunya disampaikan Rispandi, nelayan asal Desa Tanjung Kubu, Kabupaten Bangka Selatan. Ia mengungkapkan bahwa keberadaan artificial reef di wilayah perairan mereka telah berdampak besar terhadap peningkatan hasil tangkapan nelayan.

“Banyak manfaat yang dirasakan nelayan Tanjung Kubu dengan adanya fish shelter ini, kami sudah tidak perlu jauh lagi melaut karena ikan-ikan sudah ngumpul di fish shelter. Tadi juga tidak terlalu jauh jarak dari pantai dan tidak lama umpan pancing sudah dimakan ikan,” katanya.

Rispandi juga menceritakan perbedaan signifikan yang mereka rasakan dalam hasil tangkapan sebelum dan sesudah adanya artificial reef.

“Sebelumnya nelayan memperoleh hasil tangkapan berangkat subuh pulang sore penghasilan hanya 10 kg, sekarang sehari bisa 50 kg hasil tangkapan. Ya itu tadi ikannya ikan super, seminyak, jarang gigi, kakap merah, apalagi saat ini sedang musim cumi, malam-malam banyak cumi berada di sekitar fish shelter,” jelasnya.

Sementara itu, Departement Head Corporate Communication PT Timah Tbk, Anggi Siahaan menegaskan bahwa program reklamasi laut ini bukan hanya bentuk tanggung jawab lingkungan perusahaan, tapi juga memiliki dampak sosial dan ekonomi yang luas bagi masyarakat pesisir.

“Program reklamasi laut merupakan langkah proaktif perusahaan dalam menjaga ekosistem laut, dilaksanakan secara berkelanjutan dan diharapkan dapat memberikan dampak bagi peningkatan ekologis maupun sosial ekonomi masyarakat. Ke depan artificial reef juga diharapkan bisa dikembangkan untuk mendukung pariwisata bawah laut,” ujar Anggi. (Sumber: PT Timah Tbk, Editor: KBO Babel)

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *