KBOBABEL.COM (PANGKALPINANG) — Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Pangkalpinang, Mie Go, menyampaikan keprihatinannya terhadap tingginya penggunaan asbes sebagai material atap rumah di ibu kota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Ia menilai kondisi ini sangat berisiko bagi kesehatan masyarakat karena serat asbes yang bersifat mikroskopis dapat menimbulkan penyakit mematikan jika terhirup. Kamis (17/7/2025)
“Paparan asbes dapat menyebabkan penyakit serius seperti kanker paru, mesothelioma, hingga gangguan paru kronis. Maka kami akan segera menggencarkan sosialisasi ke masyarakat, berkoordinasi dengan dinas kesehatan dan disperkim,” kata Mie Go kepada awak media usai menghadiri kick off meeting Pokja PKP serta pelaksanaan program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP), Selasa (15/7/2025).
Data yang dipaparkan dalam pertemuan tersebut menunjukkan angka yang mencemaskan. Berdasarkan data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tahun 2024, sebanyak 43.160 unit rumah di Pangkalpinang masih menggunakan atap asbes. Angka ini setara dengan 77,58 persen dari total rumah yang ada di kota tersebut.
Selain asbes, material atap lain yang digunakan masyarakat antara lain seng sebanyak 6.685 unit, genteng 4.496 unit, beton 1.248 unit, serta jenis lainnya seperti jerami, bambu, dan kayu sirap dalam jumlah yang lebih kecil. Namun dominasi asbes yang begitu tinggi menjadi perhatian serius Pemkot Pangkalpinang karena dampak kesehatannya yang sangat besar.
Mie Go menambahkan, penggunaan asbes tidak hanya membahayakan penghuni rumah, tetapi juga pekerja konstruksi yang seringkali tidak dibekali alat pelindung diri (APD) dan pengetahuan mengenai bahaya material tersebut. Bahkan, keluarga para pekerja pun berpotensi terpapar secara tidak langsung karena serat asbes bisa terbawa melalui pakaian kerja.
“Secara lingkungan, asbes tergolong limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun), tidak ramah lingkungan, dan tidak dapat didaur ulang. Proses pembuangannya pun memerlukan prosedur dan biaya khusus,” ujar Mie Go.
Menurutnya, risiko jangka panjang yang ditimbulkan asbes juga membawa dampak ekonomi.
“Dari sisi ekonomi, dampak jangka panjangnya juga cukup memberatkan. Biaya pengobatan penyakit akibat paparan asbes sangat tinggi, belum termasuk beban sosial yang ditanggung keluarga korban,” lanjutnya.
Pemerintah Kota Pangkalpinang menyadari bahwa transisi dari penggunaan atap asbes menuju material yang lebih ramah lingkungan tidak bisa dilakukan secara instan. Namun, langkah awal berupa sosialisasi masif akan menjadi prioritas, termasuk pemberian insentif melalui program rumah sehat dan kolaborasi lintas sektor.
“Risiko kesehatannya jauh lebih besar dibanding manfaat ekonominya. Maka pengurangan asbes menjadi hal mendesak demi melindungi generasi sekarang dan masa depan. Ke depan ini kami akan masif menyosialisasikan ini,” tutur Mie Go.
Bahaya Penggunaan Asbes
Mengutip dari berbagai jurnal ilmiah seperti Jurnal Iptek Ilmiah Populer dan Jurnal Unsyiah, berikut ini beberapa bahaya yang ditimbulkan oleh penggunaan asbes:
1. Kemungkinan Terhirup dan Masuk ke Paru-paru
Serat asbes yang sangat halus dan kecil membuatnya mudah tersuspensi di udara tanpa terdeteksi mata manusia. Jika debu asbes dihirup, serat tersebut akan masuk ke dalam sistem pernapasan. Karena sifatnya yang tahan lama, serat asbes bisa tinggal dalam tubuh manusia selama bertahun-tahun, memicu gangguan kesehatan yang serius.
2. Menyebabkan Iritasi
Serat asbes yang rapuh mudah menjadi debu dan menempel pada pakaian atau kulit. Paparan ini bisa menyebabkan iritasi pada kulit, mata, dan bahkan saluran pernapasan.
3. Kanker Kulit
Debu asbes yang menempel pada kulit berpotensi masuk melalui pori-pori ketika kulit digosok atau digaruk. Dalam jangka panjang, hal ini dapat berkembang menjadi kanker kulit.
4. Asbestosis
Paparan jangka panjang terhadap serat asbes dapat menyebabkan asbestosis, yaitu pengerasan jaringan paru-paru akibat goresan-goresan mikroskopis pada permukaan paru-paru. Gejala asbestosis antara lain sesak napas, batuk kering, nyeri dada, dan clubbing finger (deformitas pada jari-jari).
5. Mesothelioma
Mesothelioma adalah salah satu jenis kanker ganas yang menyerang lapisan perut atau dada akibat paparan asbes. Penyakit ini berkembang lambat dan sering kali baru terdeteksi setelah bertahun-tahun terpapar, ketika sudah memasuki stadium lanjut.
Solusi dan Langkah Pemerintah
Mie Go memastikan bahwa pihaknya akan menggandeng berbagai pihak, mulai dari Dinas Kesehatan, Dinas Perumahan dan Permukiman (Disperkim), hingga komunitas lingkungan untuk mempercepat sosialisasi bahaya asbes. Edukasi ini tidak hanya menyasar masyarakat umum, tetapi juga para tukang bangunan dan pekerja proyek agar lebih sadar risiko serta memperhatikan standar keselamatan kerja.
“Target kami adalah meminimalisir penggunaan asbes secara bertahap. Kami juga akan mendorong pengembang perumahan untuk tidak lagi menggunakan material ini pada proyek-proyek baru,” jelasnya.
Pemerintah Kota Pangkalpinang berharap dengan langkah-langkah strategis tersebut, penggunaan atap asbes dapat dikurangi secara signifikan dalam beberapa tahun ke depan demi terciptanya lingkungan yang lebih sehat dan aman bagi seluruh warga kota. (Sumber: BabelNews/Detik, Editor: KBO Babel)