KBOBABEL.COM (BANGKA) – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kota Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, sempat menuai sorotan setelah sebagian menu yang dibagikan kepada siswa Taman Kanak-Kanak (TK) di Jalan Kejaksaan berbau tak sedap dan tidak layak dikonsumsi. Pemerintah Kota Pangkalpinang melalui Dinas Pangan dan Pertanian bergerak cepat melakukan pemeriksaan di lapangan untuk memastikan penyebab terjadinya masalah tersebut. Rabu (24/9/2025)
Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Kota Pangkalpinang, Samri, menyampaikan hasil pemeriksaan yang dilakukan langsung di lokasi. Ia menegaskan bahwa bahan makanan yang dipakai oleh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) aman dan sesuai standar. Namun, bau tak sedap muncul akibat proses pengemasan makanan yang dilakukan dalam kondisi panas.
“Kami sudah ke lokasi melakukan pemeriksaan, ternyata bahan makanannya aman. Cuma saat tertutup terlalu lama dalam kondisi panas, makanan jadi masam dan berbau,” ujar Samri saat dihubungi, Rabu (24/9/2025).
Proses Masak dan Distribusi
Samri menjelaskan, dapur SPPG yang berlokasi di Taman Sari mulai memasak sejak dini hari, yakni sekitar pukul 03.00 WIB. Setelah selesai dimasak, makanan langsung dikemas ke dalam ompreng dengan wadah tertutup rapat untuk kemudian didistribusikan ke sekolah-sekolah penerima manfaat program MBG.
“Dari lokasi dapur ke sekolah-sekolah butuh waktu sekitar dua jam, jadi cukup lama wadahnya tertutup,” jelasnya.
Kondisi tersebut membuat makanan yang masih panas berada di dalam wadah tertutup rapat dalam waktu lama, sehingga terjadi perubahan rasa dan aroma. Akibatnya, menu yang dibagikan pada Senin (22/9/2025) tidak bisa dikonsumsi oleh siswa karena daging ayam yang disajikan berbau tak sedap.
Jumlah Paket dan Pengawasan
Setiap harinya, SPPG yang ada di Pangkalpinang memproduksi antara 1.000 hingga 2.000 paket makanan untuk didistribusikan ke sejumlah sekolah, termasuk jenjang TK dan SD. Menurut Samri, jumlah besar tersebut menuntut adanya manajemen waktu yang lebih baik, khususnya dalam proses pendinginan sebelum makanan dikemas.
Untuk itu, pihaknya sudah memberikan instruksi tegas kepada SPPG agar makanan yang masih panas tidak langsung masuk ke dalam wadah tertutup. Selain itu, waktu pengiriman ke sekolah harus dipersingkat agar makanan tetap segar ketika tiba di tangan siswa.
“Kepada SPPG sudah diberitahu agar makanan yang baru dimasak, masih panas, jangan langsung masuk ke dalam wadah. Kemudian waktu pengiriman ke sekolah jangan terlalu lama,” tegas Samri.
Evaluasi dan Perbaikan
Samri menambahkan, kejadian ini menjadi pelajaran penting bagi pelaksana program MBG di Pangkalpinang. Ia memastikan program tetap berjalan lancar dan aman, dengan catatan SPPG yang mengalami kendala harus belajar dari pengalaman SPPG lain yang sudah lebih tertib dalam pengelolaan makanan.
“Pengawasan dan monitoring rutin tetap dilakukan. Sejak bahan mentah mulai diolah sudah ada pemeriksaan. Jumlah SPPG akan ditambah dan datanya juga nanti akan dipublikasikan,” bebernya.
Lebih lanjut, Samri menjelaskan bahwa Pemerintah Kota hanya berperan dalam pengawasan, sementara urusan teknis dan administrasi langsung ditangani oleh SPPG dan Badan Gizi Nasional. Dalam setiap unit SPPG juga terdapat sarjana pendamping yang bertugas memastikan kualitas makanan sesuai standar gizi dan keamanan pangan.
“Kami dari Pemkot hanya melakukan pengawasan. Urusan teknis dan administrasi langsung antara SPPG dan Badan Gizi Nasional, termasuk ada sarjana pendamping di sana,” tambahnya.
Dampak bagi Siswa
Sebelumnya, insiden bau tak sedap pada menu MBG membuat siswa TK di Jalan Kejaksaan hanya bisa meminum susu dan air kemasan yang disediakan, tanpa bisa menikmati makanan utama. Banyak siswa terpaksa menahan lapar karena tidak membawa bekal dari rumah, dengan asumsi sudah tersedia pasokan dari program MBG.
Kondisi tersebut sempat menimbulkan keluhan dari orang tua siswa yang khawatir terhadap kualitas makanan dalam program MBG. Namun, Pemkot Pangkalpinang menegaskan bahwa kasus ini merupakan kejadian insidental yang segera diperbaiki.
Komitmen Pemerintah
Meski sempat mendapat kritik, Pemkot Pangkalpinang memastikan program MBG tetap menjadi prioritas sebagai bentuk komitmen pemerintah dalam menyediakan gizi seimbang bagi anak-anak sekolah. Dengan evaluasi yang dilakukan, diharapkan kejadian serupa tidak akan terulang.
“Kegiatan ini sangat bermanfaat untuk menunjang gizi anak-anak kita. Maka dari itu, semua pihak harus memastikan setiap proses dijalankan sesuai standar agar hasilnya maksimal,” tutup Samri.
Program MBG sendiri merupakan salah satu program nasional yang bertujuan memberikan asupan gizi yang cukup bagi anak-anak sekolah, sekaligus mencegah masalah kekurangan gizi dan stunting. Dengan perbaikan sistem distribusi, program ini diharapkan terus berjalan lancar di Kota Pangkalpinang. (Sumber : Kompas.com, Editor : KBO Babel)