Thailand dan Kamboja Sepakat Gencatan Senjata, Ini Syarat dari Pemerintah Thailand

Anwar Ibrahim Umumkan Gencatan Senjata Thailand-Kamboja, 100 Ribu Warga Masih Mengungsi

Internasional14 Dilihat
banner 468x60
Advertisements

KBOBABEL.COM (Jakarta) – Thailand dan Kamboja akhirnya menyepakati gencatan senjata setelah dua hari bentrokan bersenjata yang menewaskan sedikitnya 16 orang dan memaksa lebih dari 100.000 warga Thailand mengungsi. Kesepakatan ini diumumkan oleh Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, yang berperan sebagai mediator aktif mewakili ASEAN. Sabtu (26/7/2025)

Dalam pernyataannya yang dikutip dari Malaysiakini, Jumat (25/7/2025), Anwar menjelaskan bahwa kedua negara sepakat untuk melakukan gencatan senjata, namun meminta waktu untuk implementasinya.

banner 336x280

“Kedua negara meminta waktu untuk melaksanakan gencatan senjata. Pasalnya, pasukan militer masing-masing sudah telanjur dikerahkan ke area perbatasan,” ujar Anwar.

Menurutnya, baik Thailand maupun Kamboja membutuhkan waktu untuk menarik pasukan militer mereka secara bertahap demi menjamin stabilitas di wilayah sengketa.

Kesepakatan ini mendapat respons positif dari Kementerian Luar Negeri Thailand, yang mengumumkan kesediaannya untuk menerima proposal Malaysia terkait gencatan senjata tersebut. Melalui sebuah unggahan di platform X (sebelumnya Twitter), Thailand menekankan bahwa kesepakatan gencatan senjata harus mempertimbangkan situasi nyata di lapangan.

“Perlu ditegaskan bahwa sepanjang hari, pasukan Kamboja terus melanjutkan serangan membabi buta mereka di wilayah Thailand,” tulis Kementerian Luar Negeri Thailand dalam unggahan yang dikutip dari Reuters, Jumat (25/7/2025).

“Tindakan Kamboja menunjukkan kurangnya itikad baik dan terus membahayakan warga sipil,” lanjut pernyataan tersebut.

Konflik bersenjata antara Thailand dan Kamboja bermula dari ketegangan di perbatasan yang meningkat sejak Mei 2025. Ketika itu, seorang tentara Kamboja tewas dalam kontak senjata singkat, yang kemudian memicu kemarahan publik dan memperkeruh situasi politik kedua negara.

Situasi memuncak pada Rabu malam (23/7/2025), saat Thailand menarik duta besarnya dari Phnom Penh dan sekaligus mengusir duta besar Kamboja dari Bangkok. Langkah diplomatik keras ini diambil menyusul insiden dua prajurit Thailand yang kehilangan anggota tubuh akibat ranjau darat di wilayah sengketa dalam waktu kurang dari satu minggu.

Keesokan harinya, Kamis (24/7/2025), militer Thailand mengonfirmasi bahwa mereka telah mengerahkan pesawat tempur F-16 dan menembakkan rudal ke wilayah Kamboja. Serangan itu diklaim berhasil menghancurkan satu target militer.

Menurut laporan Reuters, selama dua hari konflik, sedikitnya 16 orang tewas. Dari jumlah tersebut, 14 korban berasal dari Thailand, yang terdiri dari 13 warga sipil dan satu tentara. Di pihak Kamboja, satu orang dilaporkan tewas dan lima lainnya luka-luka.

Bentrokan bersenjata terjadi di 12 titik sepanjang perbatasan kedua negara. Pemerintah Thailand kemudian mengevakuasi lebih dari 100.000 warga dari empat provinsi ke hampir 300 titik penampungan guna menghindari eskalasi lebih lanjut.

Meskipun kesepakatan gencatan senjata telah dicapai, pelaksanaan di lapangan diprediksi akan menghadapi tantangan. Kedua pihak masih mempertahankan posisi militer di area sengketa dan saling menuding sebagai pemicu kekerasan.

Komunitas internasional, terutama negara-negara anggota ASEAN, menyerukan agar Thailand dan Kamboja segera menurunkan tensi konflik dan menjunjung tinggi prinsip perdamaian kawasan. PBB juga telah menyatakan keprihatinan mendalam dan siap memberikan bantuan kemanusiaan jika diperlukan. (Sumber: CNBC Indonesia, Editor: KBO Babel)

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *