Wabup Yus Derahman: Semua Pihak Harus Terlibat Cegah Stunting di Bangka Barat

Bangka Barat Genjot Gerakan Orang Tua Asuh untuk Tekan Angka Stunting

banner 468x60
Advertisements

KBOBABEL.COM (MENTOK)– Pemerintah Kabupaten Bangka Barat melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) menggelar Rembuk Stunting Tingkat Kabupaten di Ruang OR II, Setda Bangka Barat, Rabu (17/9/2025). Kamis (18/9/2025)

Kegiatan ini mengusung tema “Melalui Rembuk Stunting Tingkat Kabupaten, Kita Optimalkan Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting sebagai Upaya Menurunkan Prevalensi Stunting di Kabupaten Bangka Barat.”

banner 336x280

Acara dibuka oleh Wakil Bupati Bangka Barat, Yus Derahman, didampingi Kepala DP3AP2KB Bangka Barat, Sarbudiono, serta dihadiri perwakilan dari berbagai instansi terkait.

Peran Penting Semua Pihak

Dalam sambutannya, Yus Derahman menegaskan pentingnya dukungan lintas sektor dalam upaya percepatan penurunan stunting. Menurutnya, program pemerintah tidak akan berjalan maksimal tanpa partisipasi nyata dari seluruh elemen masyarakat.

“Kami sangat berharap partisipasi semua pihak untuk membantu program pemerintah dalam percepatan penurunan stunting melalui Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting),” ujar Yus.

Ia menjelaskan bahwa program Genting difokuskan pada kelompok rentan, yakni ibu hamil, ibu menyusui, serta keluarga dengan anak usia 0 sampai 23 bulan. Dukungan yang diberikan diharapkan mampu memenuhi kebutuhan gizi sejak dini sehingga angka stunting dapat ditekan.

Data dan Tren Prevalensi Stunting

Yus menyebutkan, berdasarkan hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2024, prevalensi stunting di Kabupaten Bangka Barat berada di urutan ketiga di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yakni sebesar 19,6 persen. Angka ini mengalami perbaikan dibandingkan SKI tahun 2023 yang mencatat 20,6 persen.

Namun, hasil Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (EPPGBM) Februari 2025 menunjukkan masih terdapat beberapa desa dengan prevalensi stunting cukup tinggi, di antaranya Desa Ibul 23,3 persen, Desa Berang 20,4 persen, Desa Peradong 21,7 persen, dan Desa Simpang Tiga 23,6 persen.

Meski begitu, Yus menekankan bahwa tren secara umum menunjukkan perkembangan menggembirakan. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, sejak 2018 hingga Februari 2025, prevalensi stunting di Bangka Barat sudah menurun drastis hingga berada di bawah 14 persen dengan capaian 7,6 persen.

“Melalui Rembuk Stunting Tingkat Kabupaten Tahun 2025 ini, kami berharap hasil yang diperoleh bisa menjadi acuan kebijakan bagi instansi terkait dalam intervensi stunting,” kata Yus.

Ia menambahkan, rembuk stunting juga diharapkan dapat memotivasi semua pihak untuk terus berkomitmen dan pantang menyerah dalam rangka percepatan penurunan stunting di Bangka Barat.

Strategi Pemerintah Daerah

Sementara itu, Kepala DP3AP2KB Bangka Barat, Sarbudiono, menuturkan bahwa pemerintah daerah bersama para pemangku kepentingan terus berupaya menurunkan angka stunting. Ia menilai kerja sama lintas sektor menjadi kunci keberhasilan dalam menekan prevalensi stunting.

“Kita berkolaborasi dengan berbagai pihak agar angka stunting terus menurun. Saat ini sudah terlihat adanya penurunan sehingga posisi Bangka Barat yang sebelumnya tertinggi di provinsi, kini turun ke peringkat ketiga,” kata Sarbudiono.

Menurutnya, Gerakan Orang Tua Asuh hadir sebagai strategi yang menyentuh langsung kebutuhan masyarakat. Anak-anak dari keluarga kurang mampu akan mendapatkan bantuan berupa makanan bergizi sehingga tumbuh kembang mereka lebih optimal.

“Dengan adanya gerakan ini, kita ingin memberikan kesadaran kepada masyarakat bahwa peran keluarga, terutama orang tua, sangat penting dalam pencegahan stunting. Anak-anak membutuhkan asupan gizi yang seimbang agar bisa tumbuh sehat dan cerdas,” tambahnya.

Harapan dan Komitmen Bersama

Rembuk stunting ini juga menjadi ruang bagi semua pihak untuk menyampaikan komitmen bersama. Pemerintah berharap dengan adanya sinergi antara pemerintah, lembaga pendidikan, tenaga kesehatan, hingga tokoh masyarakat, angka stunting di Bangka Barat dapat terus ditekan hingga mencapai target nasional.

Selain intervensi gizi, berbagai program pendukung juga direncanakan, termasuk peningkatan akses layanan kesehatan, penyuluhan gizi bagi keluarga, serta pemberdayaan ekonomi masyarakat agar mampu menyediakan kebutuhan gizi anak secara mandiri.

Wakil Bupati Yus Derahman menegaskan, penurunan stunting bukan hanya persoalan kesehatan, melainkan juga investasi jangka panjang bagi pembangunan daerah.

“Anak-anak yang sehat dan cerdas adalah modal penting bagi masa depan Bangka Barat. Maka dari itu, kita harus serius dan bekerja bersama dalam mencegah stunting,” pungkasnya.

Dengan berbagai upaya yang sedang dilakukan, diharapkan Bangka Barat mampu menjadi salah satu daerah yang sukses menurunkan angka stunting secara signifikan. Gerakan Orang Tua Asuh pun menjadi simbol gotong royong dalam mewujudkan generasi masa depan yang lebih sehat, produktif, dan berkualitas. (Yopi Herwindo/KBO Babel)

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *