KBOBABEL.COM (JAKARTA) — Wakil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Nanik S. Deyang menegaskan bahwa Program Makan Bergizi Gratis (MBG) bukanlah proyek bisnis atau kegiatan yang berorientasi pada keuntungan semata. Penegasan ini ia sampaikan dalam Rapat Koordinasi Kejadian Menonjol Terkait Konsumsi MBG, yang dihadiri sejumlah mitra dapur pelaksana program di berbagai daerah, pada Selasa (14/10/2025). Rabu (15/10/2025)
Menurut Nanik, program MBG merupakan implementasi langsung dari visi Presiden Prabowo Subianto untuk menyejahterakan anak-anak Indonesia melalui penyediaan makanan bergizi setiap hari. Ia menekankan bahwa MBG adalah bentuk nyata dari komitmen kemanusiaan, bukan ajang mencari keuntungan pribadi atau kelompok.
“MBG adalah wujud nyata kepedulian dan kecintaan Presiden Prabowo Subianto terhadap anak-anak Indonesia. Program MBG ini bukan bisnis,” ujar Nanik, dikutip dari siaran pers resmi BGN.
Dalam kesempatan tersebut, Nanik juga mengisahkan latar belakang lahirnya gagasan program makan bergizi yang digagas Presiden Prabowo sejak lebih dari satu dekade lalu. Ia menceritakan bahwa ide itu berawal dari pengalaman pribadi sang presiden saat mendengar kisah memilukan para ibu di pabrik yang memberi makan anak mereka dengan sisa makanan.
“Dulu di tahun 2012, saya melaporkan kepada Pak Prabowo setelah bertemu ibu-ibu yang memisahkan makanan pabrik. Mereka memisahkan yang kotor dan yang bersih,” ungkap Nanik.
Ia melanjutkan, “Setelah diikuti, ternyata ibu-ibu itu memberi makan anaknya dengan makanan sisa buruh pabrik. Di sana Pak Prabowo merasa geram dan bilang: ‘Saat saya menjadi Presiden nanti, semua anak Indonesia akan saya beri makan tiap hari.’ Itulah asal mula kenapa MBG dimulai.”
Nanik menjelaskan bahwa semangat dasar program ini adalah untuk memastikan tidak ada lagi anak Indonesia yang kelaparan, serta meningkatkan gizi dan kesehatan generasi muda. Karena itu, semua pihak yang terlibat dalam program MBG harus menjaga integritas dan menjalankan amanah ini dengan tanggung jawab tinggi.
Dalam rapat tersebut, Nanik juga menyoroti sejumlah dapur mitra MBG yang dinilai belum memenuhi standar kelayakan dan kebersihan. Ia menegaskan bahwa pengawasan terhadap dapur penyedia makanan akan terus diperketat untuk memastikan seluruh makanan yang disajikan benar-benar layak konsumsi dan memenuhi standar gizi.
“Dari Kuningan sampai NTB, saya sudah melihat beberapa dapur yang tidak layak. Saat awal peluncuran, dapur yang belum diepoksi tidak boleh beroperasi. Tapi sekarang, banyak dapur yang belum diepoksi tapi sudah beroperasi,” kata Nanik dengan nada tegas.
Ia mengakui bahwa kondisi tersebut merupakan hasil dari kurangnya koordinasi dan pengawasan antara pihak BGN, mitra dapur, dan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Untuk itu, ia meminta semua pihak melakukan perbaikan segera dan tidak saling melempar tanggung jawab.
“Kita harus akui ini kelalaian kita bersama. Ini salah BGN, mitra, dan SPPG yang harus kita perbaiki bersama,” ujarnya.
Lebih lanjut, Nanik memperingatkan agar tidak ada pihak yang berusaha mengambil keuntungan berlebih dari bahan baku makanan untuk program MBG. Ia mengingatkan bahwa seluruh anggaran yang telah ditetapkan harus digunakan sepenuhnya untuk kepentingan gizi anak-anak penerima manfaat, bukan untuk kepentingan lain.
“Jangan sampai ada yang mengurangi bahan baku. Pak Prabowo sampai menghitung sendiri menu itu, dan beliau berkesimpulan dengan Rp10.000 itu masih bisa pakai ayam dan telur,” jelasnya.
Ia menambahkan, “Jadi jangan dimarkup. Anggaran bahan baku itu harus penuh. Selain susu, harus ada dua lauk, bukan satu.”
Selain memperingatkan soal integritas, Nanik juga meminta seluruh unsur pelaksana di lapangan, termasuk ahli gizi dan akuntan, untuk saling mengingatkan dalam menjaga kualitas pelaksanaan program. Ia menegaskan bahwa kejujuran, akuntabilitas, dan profesionalitas menjadi kunci keberhasilan MBG dalam jangka panjang.
“Tolong saling mengingatkan ahli gizi dan akuntan untuk mengawal menu ini. Jangan sampai ada penyimpangan sedikit pun karena ini menyangkut masa depan anak-anak kita,” tegas Nanik.
Ia juga mengingatkan bahwa keberhasilan program MBG bukan hanya dilihat dari jumlah anak yang menerima makanan, tetapi dari kualitas gizi dan dampak positif yang dihasilkan terhadap tumbuh kembang anak-anak Indonesia.
“Tujuan akhir kita bukan hanya memberi makan, tapi membangun generasi sehat, cerdas, dan kuat. Untuk itu, semua pihak harus bekerja dengan hati dan menjunjung tinggi amanah Presiden,” tutupnya.
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) merupakan salah satu program prioritas nasional pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, yang mulai dijalankan sejak awal masa pemerintahannya. Program ini ditujukan bagi anak-anak sekolah dasar, pesantren, dan kelompok rentan gizi di seluruh Indonesia, dengan tujuan menekan angka stunting dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. (Sumber : Kompas.com, Editor : KBO Babel)













