KBOBABEL.COM (PANGKALPINANG) – Proyek pengembangan jaringan pipa distribusi air bersih di Kota Pangkalpinang kembali menuai sorotan. Aktivitas galian pipa di sejumlah ruas jalan, khususnya di kawasan Jalan Kampak dan Jalan Kulan, dikeluhkan warga karena menimbulkan kerusakan parah pada jalan umum, menumpuknya tanah bekas galian, serta mengganggu kenyamanan pengguna jalan dan aktivitas warga setempat. Senin (27/10/2025)
Pantauan di lapangan menunjukkan kondisi jalan yang bergelombang, berlubang, dan tidak rata di sepanjang jalur yang menjadi lokasi pemasangan pipa. Tanah bekas galian tampak menumpuk di tepi jalan tanpa dibersihkan, sementara bekas timbunan di badan jalan terlihat ambles karena tidak dilakukan pemadatan yang memadai.
Proyek ini merupakan bagian dari kegiatan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Pangkalpinang yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) Tahun Anggaran 2025. Berdasarkan papan proyek di lokasi, pekerjaan ini dibagi menjadi dua titik utama. Pertama, proyek di Kelurahan Tua Tunu Indah, Kecamatan Gerunggang, dikerjakan oleh CV. Dalom Mustika dengan nilai kontrak sebesar Rp3,88 miliar. Sementara proyek kedua berlokasi di Kelurahan Jerambah Gantung, Kecamatan Gabek, yang dikerjakan oleh CV. Khairunnisa dengan nilai kontrak Rp4,26 miliar.
Kedua proyek tersebut dimulai pada 17 Juli 2025 dan dijadwalkan rampung pada Desember 2025. Namun, di tengah proses pengerjaan, masyarakat mulai mengeluhkan dampak negatif yang ditimbulkan.
“Awalnya kami senang ada proyek air bersih karena memang kebutuhan air di daerah ini penting. Tapi cara kerjanya membuat jalan jadi rusak berat. Tanah galian dibiarkan di pinggir jalan, kalau hujan becek sekali, bahkan air menggenang,” ujar Rian (38), warga Jalan Kampak, Sabtu (26/10/2025).
Rian menuturkan bahwa sebelum ada proyek, kondisi jalan di sekitar rumahnya masih cukup layak dilalui. Namun, sejak dilakukan galian pipa, permukaan jalan menjadi ambles dan berlubang di banyak titik.
“Dulu rusaknya masih bisa ditoleransi, sekarang parah sekali. Bekas galiannya tidak padat, jadi pas dilewati kendaraan langsung turun. Aspalnya juga pecah,” keluhnya.
Kerusakan parah juga tampak di beberapa perempatan jalan di kawasan Kampak dan Kulan. Di lokasi tersebut, jalan yang sebelumnya sudah diaspal kembali dibongkar untuk pemasangan pipa baru. Akibatnya, muncul banyak gundukan dan perbedaan tinggi permukaan jalan yang mengganggu kenyamanan berkendara. Tak sedikit bandar atau saluran air di tepi jalan yang ikut rusak atau roboh karena tidak diperkuat kembali usai digali.
Kondisi tersebut membuat warga kesulitan beraktivitas, terutama pemilik toko dan warung di sepanjang jalur proyek. Mereka mengeluhkan menurunnya jumlah pelanggan karena akses masuk ke toko terhalang tumpukan tanah dan genangan air.
“Kalau proyek ini memang untuk kepentingan umum kami setuju. Tapi tolong juga diperhatikan dampaknya. Jangan sampai warga yang dirugikan,” kata Sulastri (45), warga Jalan Kulan.
Ia menambahkan, tanah bekas galian sering kali dibiarkan menumpuk selama berhari-hari sebelum dibersihkan, sehingga debu beterbangan ketika cuaca panas dan berubah menjadi lumpur saat hujan.
“Kalau pagi anak-anak berangkat sekolah sering jatuh karena jalan licin. Kami sudah sampaikan ke pekerja, tapi belum ada perubahan,” tambahnya.
Keluhan juga datang dari pengendara motor yang melintas setiap hari. Ardi (32), warga Kelurahan Jerambah Gantung, menyebut jalan tersebut merupakan akses utama ke tempat kerjanya.
“Jalan ini jalur utama kami. Sekarang kondisinya hancur, banyak lubang dan ambles di bekas galian. Pemerintah jangan tutup mata, harus segera diperbaiki,” ujarnya.
Sejumlah warga perumahan subsidi yang terdampak bahkan sudah menanyakan langsung kepada pihak kontraktor mengenai perbaikan jalan lingkungan. Namun, hingga kini belum ada tanda-tanda tindak lanjut. Salah satu penanggung jawab lapangan proyek sempat menjanjikan bahwa perbaikan akan dilakukan setelah pemasangan pipa selesai, tetapi janji tersebut belum terealisasi.
“Kami sudah tanya ke orang proyek, katanya nanti diperbaiki setelah pekerjaan selesai. Tapi ini sudah berbulan-bulan, malah makin rusak,” tutur warga lainnya.
Sementara itu, Kepala Desa Tua Tunu Indah, yang wilayahnya juga terdampak, mengakui bahwa proyek air bersih ini menimbulkan banyak keluhan dari masyarakat. Ia berharap kontraktor dapat segera melakukan perbaikan sementara agar aktivitas warga tidak terganggu.
“Warga sudah banyak yang mengadu soal jalan rusak dan genangan air. Harapan kami, pihak pelaksana tidak menunggu proyek selesai dulu baru diperbaiki. Minimal lakukan penanganan sementara,” ujarnya.
Hingga berita ini diterbitkan, media ini masih berupaya mengonfirmasi pihak Dinas PUPR Kota Pangkalpinang serta dua kontraktor pelaksana proyek, CV. Dalom Mustika dan CV. Khairunnisa, untuk meminta penjelasan resmi terkait kondisi di lapangan dan rencana perbaikan yang akan dilakukan.
Masyarakat berharap pemerintah daerah dapat segera menindaklanjuti keluhan tersebut agar proyek peningkatan layanan air bersih tidak justru meninggalkan masalah baru berupa kerusakan infrastruktur jalan.
“Air bersih memang penting, tapi jangan sampai jalannya hancur dan kami yang menanggung akibatnya,” tutup Rian. (Sumber : Fakta Berita, Editor : KBO Babel)



















