KBOBABEL.COM (Jakarta) – Berbagai peristiwa nasional yang terjadi belakangan ini memicu demonstrasi besar bentuk kekecewaan masyarakat terhadap Pemerintah Indonesia. Aksi tersebut berlangsung sejak tanggal 25 Agustus hingga 1 September 2025. Selama sepekan penuh, berbagai kelompok masyarakat dari beragam latar belakang turun ke jalan untuk menyuarakan aspirasi mereka. Tidak jarang, demonstrasi yang awalnya digelar dengan damai berujung ricuh hingga menimbulkan korban jiwa. Selasa (2/9/2025)
Pemicu demonstrasi di antaranya adalah isu kenaikan gaji dan tunjangan DPR. Masyarakat menilai keputusan tersebut tidak tepat di tengah kondisi ekonomi dan efisiensi anggaran.
Masyarakat menyuarakan protes terhadap ketidakadilan dan kebijakan yang dianggap tidak berpihak pada rakyat.
Demonstrasi yang semula bertujuan menyampaikan aspirasi secara damai berujung pada ricuh hingga pada akhirnya menimbulkan korban jiwa yaitu Affan Kurniawan (21), seorang pengemudi ojek online. Affan ditabrak dan dilindas oleh kendaraan taktis (rantis) Brimob.
Tragedi ini menambah luka mendalam bagi masyarakat, terutama para pengemudi ojol yang merasa kehilangan salah satu rekan mereka di tengah perjuangan menyuarakan aspirasi.
Tidak hanya di Jakarta, aksi susulan juga digelar di hampir seluruh kota besar di Indonesia. Para pengemudi ojol, mahasiswa, buruh, dan semua lapisan masyarakat turun ke jalan. Mereka menyuarakan berbagai tuntutan, mulai dari persoalan kesejahteraan hingga desakan transparansi kebijakan pemerintah.
Media internasional juga turut memberitakan demonstrasi ini, berbagai organisasi hak asasi manusia menyuarakan keprihatinan, dan gelombang solidaritas dari berbagai negara terus bermunculan.
Demo besar-besaran dan tragedi yang terjadi pada Agustus 2025 membawa dampak luas tidak hanya pada aspek sosial dan politik, tetapi juga terhadap stabilitas nasional secara keseluruhan termasuk pada perekonomian Indonesia.
Selain itu, sejumlah instrumen perekonomian juga ikut terdampak akibat gelombang aksi yang terus meluas. Perdagangan, transportasi, hingga sektor keuangan mengalami tekanan karena kondisi yang tidak stabil. Berikut tiga dampak utama yang terjadi pada perekonomian Indonesia akibat demo massal 2025.
1. Dampak Demo Massal terhadap IHSG
Demonstrasi yang meluas memberikan tekanan besar terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Ketidakpastian situasi politik membuat banyak investor memilih bersikap defensif dengan melepaskan sahamnya, sehingga aktivitas jual semakin dominan di pasar. Akibatnya, IHSG terkoreksi cukup dalam, turun 156,44 poin atau sekitar 1,97 persen hingga berada di level 7.795,64 pada pembukaan perdagangan pukul 10.11 WIB.
Koreksi yang terjadi ini menandakan bahwa pelaku pasar menilai situasi politik dan keamanan menjadi faktor krusial dalam stabilitas ekonomi. Sentimen negatif dari dalam negeri ditambah dengan kekhawatiran global membuat IHSG sulit bertahan di level sebelumnya. Investor ritel maupun institusional lebih memilih menahan langkah atau bahkan melakukan aksi ambil untung (profit taking) untuk menghindari kerugian yang lebih besar.
2. Dampak Demo Massal terhadap Rupiah
Gelombang demonstrasi besar yang terjadi pada Agustus 2025 juga menekan nilai tukar rupiah di pasar keuangan. Situasi politik yang tidak stabil memunculkan kekhawatiran investor asing, sehingga aliran modal keluar dari Indonesia semakin meningkat. Kondisi ini membuat rupiah melemah terhadap dolar AS dan mata uang utama lainnya, mencerminkan hilangnya kepercayaan sementara terhadap stabilitas ekonomi nasional.
Pelemahan rupiah tersebut tidak hanya berdampak pada sektor perdagangan dan impor, tetapi juga memperbesar tekanan inflasi yang akhirnya dirasakan langsung oleh masyarakat. Kenaikan harga kebutuhan pokok akibat pelemahan rupiah semakin memperberat beban hidup rakyat kecil, terutama ketika harga bahan pangan dan energi mulai merangkak naik.
Sejumlah pengamat ekonomi menilai stabilitas politik merupakan kunci utama agar rupiah bisa kembali menguat. Tanpa adanya kepastian arah kebijakan serta redanya aksi massa, pelaku pasar masih akan ragu menempatkan modalnya di Indonesia.
3. Dampak Demo Massal terhadap Harga Emas
Selain pada saham dan nilai rupiah, demonstrasi Agustus 2025 ini juga berdampak pada pergerakan emas di dalam negeri. Ketidakpastian politik dan kekhawatiran akan stabilitas ekonomi mendorong masyarakat maupun investor beralih aset safe haven seperti emas. Permintaan yang meningkat ini membuat harga emas melonjak signifikan, baik di pasar global maupun domestik.
Harga emas saat ini tembus menjadi Rp1,96 juta per gram (sebelumnya Rp1,94 juta) pada emas produk Galeri24. Emas Antam meningkat menjadi Rp2,06 juta per gram (naik dari Rp2,04 juta). Dan, emas UBS naik menjadi Rp1,98 juta per gram (dari harga per gram Rp1,96 juta).
Lonjakan harga emas tersebut menjadi cerminan meningkatnya rasa waspada dan kecenderungan investor mencari instrumen yang dianggap lebih aman di tengah situasi yang penuh gejolak. Sejumlah pelaku pasar emas bahkan menyebut permintaan fisik melonjak signifikan di berbagai toko emas di Indonesia sejak aksi demo berlangsung.
Demo massal yang terjadi sejak akhir Agustus hingga awal September 2025 menunjukkan bahwa peristiwa politik dan sosial di Indonesia memiliki dampak langsung terhadap perekonomian. Mulai dari turunnya IHSG, melemahnya rupiah, hingga melonjaknya harga emas menjadi bukti nyata bahwa stabilitas politik tidak bisa dipisahkan dari stabilitas ekonomi.
Tragedi yang menimpa Affan Kurniawan menjadi pengingat bahwa suara rakyat sering kali dibayar mahal dengan pengorbanan nyawa. Di sisi lain, tekanan pada sektor ekonomi menandakan bahwa kepercayaan publik dan investor terhadap pemerintah harus segera dipulihkan. Tanpa langkah konkret untuk meredam gejolak, Indonesia berpotensi menghadapi tantangan ekonomi yang lebih berat ke depan.
(Sumber: Tirto.id, Editor: KBO Babel)