KBOBABEL.COM (JAKARTA) — Mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD menyatakan kesiapannya untuk diperiksa oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait dugaan penggelembungan anggaran (mark up) proyek kereta cepat Jakarta–Bandung, Whoosh. Pernyataan ini disampaikan Mahfud di tengah meningkatnya sorotan publik terhadap proyek strategis nasional tersebut, setelah dirinya mengungkap dugaan adanya selisih biaya pembangunan yang signifikan. Senin (27/10/2025)
Mahfud menegaskan dirinya siap memberikan keterangan kapan pun jika dipanggil oleh lembaga antirasuah. Namun, ia menilai tidak ada dasar hukum yang mewajibkannya membuat laporan resmi ke KPK. Menurutnya, KPK sudah mengetahui terlebih dahulu dugaan penyimpangan tersebut sebelum dirinya menyampaikan ke publik.
“Iya, saya siap dipanggil. Kalau dipanggil, saya akan datang. Kalau saya disuruh lapor, ngapain, buang-buang waktu juga,” ujar Mahfud saat ditemui di Kompleks Sasana Hinggil Dwi Abad, Alun-alun Selatan, Yogyakarta, Minggu (26/10/2025).
Mahfud menilai dorongan KPK agar dirinya membuat laporan resmi tidak memiliki dasar hukum yang kuat.
“Enggak berhak dia (KPK) mendorong. Laporan itu enggak ada kewajiban orang melapor,” tegasnya.
Menurut mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu, informasi mengenai dugaan mark up proyek Whoosh sebenarnya sudah lama diketahui publik dan penegak hukum. Ia menyebut hanya menyampaikan ulang apa yang telah ramai diberitakan sebelumnya.
“Wong yang saya laporkan itu KPK sudah tahu. Sebelum saya ngomong, sudah ramai duluan. Saya cuma ngomong karena sudah ramai saja,” ujar Mahfud.
Lebih lanjut, Mahfud menyebut pihak yang seharusnya dipanggil KPK adalah mereka yang memiliki data konkret dan terlibat langsung dalam proyek tersebut.
“Mestinya KPK manggil orang yang ngomong sebelumnya, yang punya data, dan pelaku. Kalau saya tuh kan pencatat aja,” imbuhnya.
Tanggapan Mahfud Soal Utang Proyek dan Negosiasi dengan China
Menanggapi pertanyaan soal kondisi proyek Whoosh dan beban utang yang ditanggung pemerintah, Mahfud menilai negosiasi dengan China memang langkah realistis.
“Iya, memang harus negosiasi, kan? Mau apa kalau sudah begini. Enggak bisa bayar, enggak punya uang, ya negosiasi. Jalannya tuh negosiasi. Silakan aja,” ujarnya sambil berkelakar, “Ya, was-wus, was-wus, was-wus.”
Mahfud menilai negosiasi utang merupakan konsekuensi logis dari ketidakseimbangan pembiayaan proyek yang menimbulkan beban keuangan besar bagi negara.
Dugaan Mark Up: Biaya Tiga Kali Lipat dari Proyek di China
Dugaan mark up proyek Whoosh pertama kali disampaikan Mahfud dalam video di kanal YouTube Mahfud MD Official pada 14 Oktober 2025. Ia menyebut bahwa biaya pembangunan per kilometer proyek tersebut mencapai 52 juta dolar AS, jauh di atas rata-rata biaya proyek serupa di China yang hanya 17–18 juta dolar AS.
“Menurut perhitungan pihak Indonesia, biaya per satu kilometer kereta Whoosh itu 52 juta dolar Amerika Serikat. Akan tetapi, di China sendiri hitungannya 17–18 juta dolar AS. Naik tiga kali lipat,” katanya.
“Ini siapa yang menaikkan? Uangnya ke mana? Naik tiga kali lipat. Harus diteliti siapa yang dulu melakukan ini,” tegas Mahfud.
Pernyataan tersebut memicu perhatian publik dan mendorong KPK untuk menindaklanjuti. Namun, Mahfud menegaskan kembali bahwa dirinya tidak perlu melapor karena lembaga itu sudah memiliki data awal.
Melalui akun X pribadinya, @mohmahfudmd, pada 18 Oktober 2025, ia menulis, “Saya tidak wajib melapor karena itu sudah diketahui KPK. Saya hanya menyampaikan agar publik tahu dan mendorong penegakan hukum.”
KPK Tegaskan Tak Menunggu Laporan Siapa pun
Menanggapi polemik tersebut, Pelaksana Tugas Deputi Penindakan dan Eksekusi KPK, Asep Guntur Rahayu, menegaskan bahwa lembaganya tidak menunggu laporan dari siapa pun untuk mengusut dugaan tindak pidana korupsi dalam proyek kereta cepat Whoosh.
“Tentunya kami tidak menunggu,” kata Asep di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, Selasa (21/10/2025).
Ia menjelaskan bahwa dalam setiap penanganan kasus, KPK selalu mencari informasi dan bukti secara independen. Kendati demikian, Asep tetap mengapresiasi kontribusi publik yang bisa membantu mempercepat proses penyelidikan.
“Kami tetap mengimbau agar masyarakat, termasuk Mahfud MD, bila memiliki informasi dugaan korupsi terkait Whoosh dapat menyampaikannya kepada KPK,” ucapnya.
Sementara itu, Juru Bicara KPK, Budi Prasetyo, menyatakan bahwa lembaga antirasuah terbuka untuk menerima data tambahan dari Mahfud bila memang ada.
“Terima kasih atas informasi awalnya. Jika Prof. Mahfud memiliki data yang bisa menjadi pengayaan bagi KPK, kami akan sangat terbuka untuk mempelajari dan menganalisisnya,” kata Budi, Senin (20/10/2025).
Budi menegaskan, penyelidikan atas dugaan korupsi proyek kereta cepat Whoosh telah menjadi perhatian serius KPK, terutama karena proyek ini menggunakan dana besar dan melibatkan investasi asing.
Publik Soroti Transparansi dan Akuntabilitas
Ungkapan Mahfud tentang dugaan mark up ini kembali membuka perdebatan soal transparansi proyek strategis nasional. Beberapa pengamat menilai keterbukaan Mahfud justru menjadi momentum penting untuk memperkuat pengawasan publik terhadap proyek-proyek besar pemerintah.
Di sisi lain, sejumlah pihak mengingatkan agar tudingan dugaan korupsi tidak hanya menjadi wacana politik, tetapi benar-benar ditindaklanjuti dengan audit menyeluruh dan proses hukum yang transparan.
Sementara itu, hingga kini KPK belum menyampaikan perkembangan lebih lanjut mengenai hasil penelusuran dugaan korupsi proyek Whoosh. Namun lembaga tersebut menegaskan komitmennya untuk mengusut setiap indikasi penyimpangan anggaran, termasuk dalam proyek infrastruktur strategis nasional.
Mahfud MD pun menutup pernyataannya dengan menegaskan bahwa langkahnya berbicara di depan publik bukan untuk mencari sensasi, melainkan sebagai bagian dari tanggung jawab moral terhadap tata kelola negara.
“Saya hanya ingin agar semuanya transparan. Ini uang rakyat, proyek besar, jadi harus bersih,” ujarnya.
Dengan demikian, pernyataan Mahfud MD sekaligus menjadi tekanan moral bagi KPK untuk mengungkap kebenaran di balik proyek kereta cepat Whoosh, yang sejak awal telah menuai polemik soal efisiensi, pembiayaan, dan manfaat bagi masyarakat. (Sumber : Kompas.com, Editor : KBO Babel)



















