Mengerikan! 12 Warga Babel Tewas Jadi Korban Serangan Buaya dalam Dua Tahun Terakhir

Konflik Buaya-Manusia di Babel Kian Mematikan, Basarnas Catat 12 Korban Jiwa Sejak 2024

banner 468x60
Advertisements

KBOBABEL.COM (PANGKALPINANG) – Konflik antara manusia dan buaya masih menjadi ancaman nyata di sejumlah daerah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel). Dalam kurun waktu dua tahun terakhir, tercatat 12 orang meninggal dunia akibat serangan satwa buas tersebut. Senin (8/9/2025)

Kepala Kantor SAR Kota Pangkalpinang, I Made Oka Astawa, menyebutkan bahwa sejak 2024 hingga Agustus 2025, pihaknya sudah melakukan 15 kali operasi pencarian dan pertolongan (SAR) terkait insiden serangan buaya di wilayah Babel.

banner 336x280

“Dengan rincian lanjutnya tahun 2024 sebanyak 10 kali dengan korban meninggal 7 orang dan hilang 3 orang. Kalau tahun ini hingga Agustus ada 5 kali operasi SAR, korban meninggal 5 orang,” kata Oka, Senin (8/9).

Menurut Oka, serangan buaya ini tidak hanya terjadi di satu wilayah saja, melainkan hampir merata di seluruh kabupaten dan kota di Babel. Namun, beberapa daerah tercatat lebih sering mengalami konflik dengan predator air tersebut.

“Sebenarnya merata di seluruh wilayah di Babel, tapi banyaknya di Bangka dan Bangka Tengah,” ujarnya.

Selain insiden serangan buaya, Kantor SAR Pangkalpinang juga banyak menangani operasi lain yang berkaitan dengan keselamatan manusia. Hingga Agustus 2025, tercatat 50 kali operasi SAR dilakukan untuk berbagai kejadian, mulai dari kecelakaan laut, bencana, hingga kondisi yang membahayakan manusia.

“Dari 50 kali operasi SAR ini, jumlah korban 195 orang. Selamat 161 orang, meninggal dunia 24 orang dan 10 orang hilang,” imbuhnya.

Oka menambahkan bahwa kecelakaan kapal masih mendominasi kejadian yang ditangani tim SAR.

“Terbanyak itu kejadian laka kapal 29 kali, dan kondisi membahayakan manusia sebanyak 20 kali,” tuturnya.

Dalam setiap operasi, SAR Pangkalpinang berupaya maksimal melakukan penyelamatan dan pencarian korban. Oka menekankan pentingnya peran masyarakat dalam mempercepat proses penyelamatan, yaitu dengan segera melaporkan setiap kejadian kepada pihak terkait.

Ia juga menyoroti kasus keterlambatan laporan yang pernah terjadi, sehingga menghambat proses pencarian dan penyelamatan.

“Kami harap kalau ada kejadian segera dilapor, agar kita bisa mempercepat proses pencariannya. Jangan seperti KM Osela lalu, yang baru dilaporkan setelah tiga hari kejadian,” tegas Oka.

Serangan buaya yang terus memakan korban di Babel menunjukkan perlunya kewaspadaan ekstra, terutama bagi masyarakat yang beraktivitas di sungai, rawa, atau pesisir pantai. Satwa yang dilindungi ini kerap muncul di kawasan permukiman dan daerah aktivitas warga, sehingga meningkatkan risiko konflik.

(Sumber: Mediaindonesia.com, Editor: KBO Babel)

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *