KBOBABEL.COM (JAKARTA) – Misteri hilangnya dua pedemo bernama Reno Syahputra Dewo dan Muhammad Farhan akhirnya terjawab tragis. Setelah dua bulan dinyatakan hilang pascademonstrasi di Mako Brimob Kwitang, Jakarta Pusat, keduanya ditemukan telah meninggal dunia. Jasad mereka ditemukan dalam kondisi tinggal kerangka di gedung bekas kantor Astra Credit Companies (ACC), Kwitang, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat, pada Kamis (30/10/2025). Sabtu (8/11/2025)
Kepolisian memastikan identitas dua kerangka itu berdasarkan hasil tes DNA yang dilakukan oleh tim forensik RS Polri Kramat Jati. Penemuan ini sekaligus menutup pencarian panjang yang dilakukan keluarga, aktivis, dan pihak kepolisian sejak akhir Agustus 2025.
Hilang Usai Aksi di Mako Brimob Kwitang
Kasus hilangnya Reno dan Farhan bermula dari aksi demonstrasi yang digelar di sekitar Mako Brimob Kwitang pada akhir Agustus 2025. Menurut laporan Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS), Reno terakhir terlihat pada 30 Agustus, sedangkan Farhan menghilang sehari setelahnya, 31 Agustus 2025.
“Keduanya sempat dilaporkan hilang setelah gelombang aksi di kawasan Kwitang. Sejak itu tidak ada lagi kabar dari keduanya,” ungkap Koordinator KontraS dalam laporan mereka pada 12 September 2025.
Keluarga kedua korban sempat melakukan pencarian ke berbagai tempat, termasuk ke rumah sakit, pos polisi, hingga ke area demonstrasi. Namun hasilnya nihil. Hingga dua bulan kemudian, kabar duka datang dari gedung ACC Kwitang.
Ditemukan dalam Kondisi Hangus dan Tertimbun Puing
Penemuan kerangka dua korban terjadi secara tidak sengaja ketika tim teknisi gedung melakukan pemeriksaan struktur bangunan untuk keperluan renovasi pascakebakaran.
Kebakaran besar memang terjadi di gedung tersebut pada saat demonstrasi akhir Agustus lalu. Di tengah puing-puing hangus itulah, petugas menemukan dua kerangka manusia di lantai dua bangunan.
“Kerangka dalam kondisi hangus dan tertimbun puing plafon yang terbakar,” kata Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Susatyo Purnomo Condro, Jumat (31/10/2025).
Polisi langsung mengevakuasi kedua kerangka ke Rumah Sakit Polri Kramat Jati untuk keperluan identifikasi. Dugaan awal mengarah bahwa kerangka itu adalah dua orang yang sebelumnya dilaporkan hilang, yakni Reno dan Farhan.
Keluarga Jalani Tes DNA di RS Polri
Proses identifikasi tidak dilakukan secara terburu-buru. Keluarga Reno dan Farhan diminta datang ke RS Polri untuk menyerahkan sampel DNA. Pemeriksaan dilakukan oleh Laboratorium Forensik Polri (Labfor) guna mencocokkan DNA keluarga dengan DNA dari tulang korban.
“Keluarga kedua nama tersebut sudah melakukan uji sampling di Labfor Polri, kita tunggu hasilnya keluar,” kata Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Pusat AKBP Roby Saputra, Sabtu (1/11/2025).
Setelah hampir satu minggu, hasil tes DNA pun keluar. Kepala Biro Laboratorium dan Dokumen Kesehatan (Karo Labdokkes) Pusdokkes Polri Brigjen Sumy Hastry Purwanti memastikan bahwa kedua kerangka tersebut memang milik Reno Syahputra Dewo dan Muhammad Farhan.
“Hasil pemeriksaan DNA dan gigi post-mortem 0080 cocok dengan ante-mortem 002, teridentifikasi Reno Syahputra Dewo, anak biologis dari bapak Muhammad Yasin,” ujar Sumy Hastry, Jumat (7/11/2025).
Sedangkan untuk korban kedua, hasil DNA menunjukkan kecocokan dengan data keluarga Farhan.
“Nomor post-mortem 0081 cocok dengan ante-mortem 001 sehingga teridentifikasi Muhammad Farhan,” tambahnya.
Polisi: Keduanya Terperangkap Saat Gedung Terbakar
Setelah hasil identifikasi keluar, polisi melakukan penyelidikan tambahan terkait penyebab kematian dua korban. Berdasarkan rekaman video amatir dan keterangan saksi, keduanya sempat terlihat di sekitar lokasi kerusuhan di Kwitang sebelum kebakaran besar melanda gedung ACC.
“Dari hasil penyelidikan, tidak ditemukan indikasi pembunuhan. Keduanya diduga kuat terperangkap di dalam gedung saat api membesar,” jelas Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Bhudi Hermanto.
Bhudi menegaskan bahwa tidak ada tanda-tanda pemindahan jasad dari luar ke dalam gedung. “Jadi bukan dibunuh, tetapi karena mereka terjebak di gedung yang terbakar pada saat aksi kerusuhan,” ujarnya.
Mengapa Baru Ditemukan Setelah Dua Bulan?
Publik sempat mempertanyakan mengapa dua jasad tersebut baru ditemukan dua bulan setelah kebakaran. Menanggapi hal ini, AKBP Roby Saputra menjelaskan bahwa tubuh korban yang sudah terbakar total sulit dikenali, dan saat itu tertimbun di bawah reruntuhan plafon dan puing bangunan.
“Pasca kebakaran, kita sudah lakukan olah TKP pertama pada 2 September 2025, namun tidak ditemukan tanda-tanda jasad. Puing-puing dan bau terbakar menutupi semuanya,” ujar Roby.
Pada 19 September, tim Labfor Polri kembali melakukan olah TKP lanjutan. Namun tetap tidak menemukan apa pun.
“Memang kalau kebakaran hebat, jaringan tubuh manusia bisa terbakar sempurna hingga tidak berbau khas. Itu sebabnya korban baru ditemukan saat teknisi membuka plafon,” tambahnya.
Keluarga dan Aktivis Desak Evaluasi Penanganan
Pihak keluarga Reno dan Farhan menerima hasil identifikasi tersebut dengan duka mendalam. Mereka berharap tragedi ini menjadi pelajaran penting bagi pihak berwenang dalam penanganan aksi dan bencana kebakaran.
“Kami ikhlas, tapi kami ingin kejadian ini tidak terulang. Anak kami hanya ingin menyuarakan pendapat,” ujar Muhammad Yasin, ayah Reno, usai menerima jasad anaknya di RS Polri.
Sementara itu, KontraS meminta adanya evaluasi terhadap koordinasi aparat saat kerusuhan terjadi, termasuk dalam upaya penyelamatan warga sipil.
“Temuan ini seharusnya membuka ruang untuk refleksi bagaimana negara hadir melindungi warga dalam situasi genting,” kata juru bicara KontraS.
Akan Dimakamkan di Kampung Halaman
Setelah proses administrasi selesai, jenazah Reno dan Farhan diserahkan kepada keluarga masing-masing pada Sabtu (8/11/2025). Reno dimakamkan di kampung halamannya di Bekasi, sementara Farhan dimakamkan di Depok, Jawa Barat.
Tragedi hilangnya Reno dan Farhan kini menjadi pengingat keras atas bahaya demonstrasi yang tak terkendali dan lemahnya pengawasan keselamatan warga dalam situasi darurat. Polisi menyatakan akan menutup kasus ini sebagai korban kebakaran akibat kerusuhan, namun publik masih menuntut penjelasan lebih terbuka atas kronologi detil kejadian tersebut. (Sumber : Kompas.com, Editor : KBO Babel)













