Tragedi Bayi Al Zahyan Bongkar Lagi Rapor Merah Pelayanan RS Bhakti Timah

RSBT Kembali Jadi Sorotan: Deretan Kasus Penolakan Pasien hingga Dugaan Kelalaian Medis

banner 468x60
Advertisements

KBOBABEL.COM (PANGKALPINANG) — Nama Rumah Sakit Bhakti Timah (RSBT) kembali mencuat ke permukaan setelah serangkaian kasus dugaan kelalaian medis menimbulkan keresahan di tengah masyarakat Bangka Belitung. Sebagai satu-satunya rumah sakit milik Badan Usaha Negara (BUMN) di daerah ini, RSBT seharusnya menjadi tumpuan harapan bagi publik. Namun kenyataannya, berbagai peristiwa tragis justru memperlihatkan rapor merah dalam pelayanan yang seharusnya mengutamakan keselamatan pasien. Rabu (10/9/2025)

Kasus terbaru yang memicu perhatian luas adalah meninggalnya bayi Al Zahyan berusia 11 bulan yang diduga akibat kelalaian penanganan medis di RSBT Pangkalpinang. Tragedi ini bukan hanya menimbulkan duka bagi keluarga, tetapi juga menciptakan gelombang protes dari masyarakat. Publik menilai, peristiwa serupa sebenarnya sudah berulang kali terjadi, hanya saja tidak sempat viral seperti kasus Al Zahyan.

banner 336x280

Deretan Kasus yang Pernah Mencuat

Berdasarkan penelusuran jejak digital, dugaan kelalaian di RSBT memang sudah mencuat dalam sejumlah kasus sebelumnya.

Kasus Novriansyah pada 2024 menjadi salah satu yang paling disorot. Remaja berusia 19 tahun tersebut menjadi korban kecelakaan lalu lintas dengan luka parah di kepala. Keluarga menuturkan bahwa pasien hanya diberi oksigen, infus, dan alat pendeteksi jantung, sementara darah terus mengucur dari kepalanya. Tidak ada tindakan medis berarti yang dilakukan. Saat itu pihak rumah sakit beralasan pasien tidak memiliki BPJS dan ruang ICU penuh.

Foto: Tangkapan Layar Pemberitaan Tempo

Kasus lainnya terjadi pada 2017, menimpa seorang ibu bernama Rahayu. RSBT menolak pasien bersalin tersebut dengan dalih ruangan penuh. Rahayu akhirnya terpaksa dirujuk ke rumah sakit lain yang jaraknya cukup jauh. Tragisnya, ia melahirkan di dalam kendaraan tepat di halaman RSBT. Bayi laki-lakinya yang lahir prematur hanya mampu bertahan dua hari setelah dirawat di rumah sakit lain. Peristiwa ini bahkan sempat disorot Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) karena dianggap sebagai bentuk nyata buruknya pelayanan rumah sakit plat merah.

Rangkaian kasus tersebut menunjukkan pola persoalan yang sama: keterlambatan, penolakan pasien, dan minimnya empati terhadap keluarga. Bagi masyarakat, RSBT yang seharusnya menjadi rujukan utama justru kerap menimbulkan trauma.

Catatan Kelam Rumah Sakit Plat Merah

Sebagai rumah sakit BUMN, RSBT diharapkan mampu menjadi contoh pelayanan kesehatan publik yang profesional, berkualitas, dan berorientasi pada kepentingan masyarakat. Namun, kenyataannya, kasus demi kasus yang muncul seolah hanya meninggalkan catatan hitam tanpa ada perubahan signifikan.

Tragedi yang menimpa bayi Al Zahyan menambah panjang daftar kelalaian yang mencoreng nama besar RSBT.

“Kasus serupa bukan kali pertama terjadi. Hanya saja tidak sempat viral seperti pada kasus bayi Al Zahyan ini,” demikian catatan publik yang kembali mengemuka.

Pernyataan ini menggambarkan kekecewaan masyarakat terhadap pelayanan RSBT yang dianggap tidak kunjung membaik. Publik juga mempertanyakan komitmen manajemen rumah sakit yang setiap kali berjanji akan melakukan perbaikan, namun kasus-kasus serupa terus berulang.

Kini, setelah tragedi Al Zahyan, pertanyaan besar kembali muncul: benarkah RSBT akan benar-benar berbenah, atau sekadar mengulang janji yang sudah terlalu sering diucapkan?

Dengan sederet rapor merah yang sudah terbentang dari tahun ke tahun, masyarakat menuntut agar ada evaluasi menyeluruh terhadap sistem pelayanan RSBT. Bukan hanya persoalan teknis medis, tetapi juga sikap, empati, serta keberpihakan kepada pasien yang menjadi inti dari pelayanan kesehatan.

Publik menilai, tanpa adanya langkah konkret, RSBT hanya akan terus menjadi simbol kekecewaan. Tragedi bayi, korban lakalantas, hingga penolakan pasien bersalin menjadi pengingat bahwa nyawa manusia terlalu berharga untuk dikorbankan oleh kelalaian dan lemahnya manajemen pelayanan rumah sakit. (Sumber: Inlens.id, Editor: KBO Babel)

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *